AKUNTANSI MANAJEMEN
“ PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS “
Dosen Pembimbing :
Ariefah Sundari, S.Kom., M.M.
NAMA KELOMPOK :
1. Andi Eis Wahyudi (18042097)
2. Nimatus Solikah (18042070)
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Manajemen tentang “perhitungan biaya berdasarkan aktivitas”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dariberbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalampembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranganbaik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapatmemeperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “perhitungan biaya berdasarkan aktivitas” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.
Lamongan, 26 April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Activity Based Costing 3
2.2 Karakteristik Activity Based Costing 4
2.3 Model Activity Based Costing 5
2.4 Tahap Penerapan Activity Based Costing 6
2.5 Perbandingan Traditional Costing dan Activity Based Costing 8
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam dunia usaha, mulai dari usaha kecil sampai pada perusahaan besar membutuhkan informasi akuntansi sebagai alat pengawasan maupun sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, seorang manajer membutuhkan informasi akuntansi manajemen, karena informasi manajemen cakupannya lebih luas, tidak hanya menyangkut masalah keuangan tetapi juga masalah non keuangan.Perkembangan yang pesat di bidang akuntasi manajemen mendorong para pakar di bidang akuntansi manajemen, baik perorangan maupun dalam wadah lembaga akuntansi untuk merumuskan definisi akuntansi manajemen.
Perkembangan akuntansi tidak terlepas dari perubahan inovasi dan teknologi yang terus-menerus mengalami perubahan. Hal ini membuat manajemen dituntut untuk dapat menetapkan suatu kebijakan strategi bisnis agar dapat mencapai keunggulan kompetitif. Salah satu cara perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif adalah melalui produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat menekan biaya langsung (bahan baku dan tenaga kerja langsung) dan biaya tidak langsung (biaya overhead).
Dalam sistem biaya tradisional, biaya tidak langsung hanya berdasarkan single tarif, dimana biaya-biaya dihitung berdasarkan satu satuan ukuran volume tertentu saja. Kelemahan dalam sistem biaya tradisional adalah tidak mampu perusahaan dalam mengelompokkan biaya-biaya overhead ke dalam aktivitas- aktivitas pemakai produk dan jasa. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan suatu alat bantu yang berguna dalam memecahkan persoalan yang timbul seiring dengan kegagalan sistem biaya tradisional. Pengadopsian sistem Activity Based Costing atau dikenal dengan istilah ABC merupakan salah satu kunci untuk menjawab kekurangan yang timbul dalam sistem tradisional.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Activity Based Costing?
2. Apa saja karakteristik Activity Based Costing?
3. Bagaimana model Activity Based Costing?
4. Bagaimana tahap penerapan Activity Based Costing?
5. Bagaimana perbandingan Traditional Costing dan Activity Based Costing?
1.3 TUJUAN
1. Untuk menjelaskan pengertian Activity Based Costing?
2. Untuk menjelaskan karakteristik Activity Based Costing?
3. Untuk menjeaskan model Activity Based Costing?
4. Untuk menjelaskan tahap penerapan Activity Based Costing?
5. Untuk menjelaskan perbandingan Traditional Costing dan activity Based Costing?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Activity Based Costing
Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) adalah metode perhitungan biaya produksi dan nonproduksi berdasarkan aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk yang diproses dalam satu periode tertentu. Activity Based Costing dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Activity Based Costing biasanya digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti sistem biaya yang dipakai oleh perusahaan.
Dalam bukunya (Garrison: 1991) Managerial Accounting memberikan definisi mengenai Activity Based Costing (ABC) sebagai suatu metode kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk setiap kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pemacu biaya. Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar jumlah dari kejadian atau transaksi produk atau jasa yang dihasilkan tersebut.
Pada awal perkembangannya, ABC sistem dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi perhitungan biaya produk salah satu yang termasuk didalamnya adalah biaya overhead pabrik. Mulyadi (2003:50) menyatakan ABC sistem didesain dan dikelola dengan teknologi informasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Data biaya dan operasi dicatat dalam akun multidimensi. Paling tidak ada empat dimensi yang dicakup dalam catatan: pusat pertanggung jawaban, aktivitas, jenis biaya, dan produk/jasa.
b) Data biaya dan biaya operasi disediakan dalam shared database yang dapat diakses oleh karyawan dan manajer.
c) Informasi yang dihasilkan tidak terbatas pada informasi keuangan, namun mencakup pula informasi operasi.
d) Informasi biaya yang dihasilkan bersifat multidimensi.
2.2 Karakteristik Activity Based Costing
Karakteristik Activity Based Costing adalah:
1) Biaya produksi dan nonproduksi dibebankan ke produk.
2) Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk.
3) Ada sejumlah cost pool BOP. Setiap pool dialokasikan ke produk dan objek costing lainnya dengan menggunakan ukuran khusus aktivitas masing-masing.
4) Basis alokasi biasanya berbeda dengan basis alokasi dalam sistem akuntansi biaya tradisional. Activity Based Costing menggunakan lebih dari satu jenis cost driver.
5) Tarif overhead atau tarif aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas, bukan dengan kapasitas yang dianggarkan.
Ada dua jenis ukuran aktivitas yaitu : penggerak transaksi (tmnsaction driver) dan penggerak durasi (duration driver). Penggerak transaksi (transaction drivers) adalah hitungan sederhana tentang berapa kali suatu aktivitas terjadi seperti jumlah tagihan yang dikirimkan ke pelanggan. Penggerak durasi (duration driver) mengukur waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu aktivitas seperti waktu yang digunakan untuk menyiapkan tagihan. Secara umum penggerak durasi adalah ukuran yang lebih akurat untuk penggunaan sumber daya dibanding penggerak transaksi, tetapi lebih memerlukan usaha untuk mencatatnya. Untuk alasan tersebut, penggerak transaksi lebih banyak digunakan.
Sistem biaya tradisional bergantung pada basis alokasi yang dibawa oleh volume produksi. Di lain hal, perhitungian biaya berdasarkan aktivitas mendefinisikan lima tingkat aktivitas-tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk, tingkat pelanggan, aktivitas pemeliharaan organisasi yang secara luas tidak terkait dengan volume unit yang diproduksi. Biaya dan ukuran aktivitas yang merespons untuk aktivitas tingkat unit tidak terkait dengan volume dari unit yang diproduksi; tetapi, kategori sisanya tidak termasuk.
Tingkatan-tingkatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Aktivitas tingkat unit (unit-level activities) dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas tingkat unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi.
2. Aktivitas tingkat batch (batch-level activities) dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada dalam batch tersebut.
3. Aktivitas tingkat produk (product-level activities) berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa unit yang diproduksi atau dijual.
4. Aktivitas tingkat pelanggan (customer-level activities) berkaitan dengan pelanggan khusus dan meliputi aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog, dukungan teknis yang tidak terpaku pada produk tertentu.
5. Aktivitas pemeliharaan organisasi (organization-sustaining activities) yang dilakukan tanpa memperhatikan pelanggan mana yang dilayani, barang apa yang diproduksi, berapa batch yang dijalankan, atau berapa unit yang dibuat.
2.3 Model Activity Based Costing
Manajer akuntansi membuat Gambar diatas untuk menjelaskan struktur umum dari model ABC. Objek biaya seperti aktivitas pembuatan produk Contohnya, pelanggan memesan tiang penyangga spesial memerlukan aktivitas menyiapkan pesanan produksi. Aktivitas seperti penggunaan sumber daya. Order produksi menggunaku formulir-formulir dan memakan waktu untuk diisi. Penggunaan dari sumber daya menyebabkan terjadinya biaya. Makin banyak jumlah formulir yang harus diisi untuk pesanan produksi makin besar jumlah waktu yang harus digunakan untuk mengisi formulir, makin besar biaya yang terjadi. ABC berusaha menelusuri hubungan ini dengan mengidentifikasikan bagaimana bajang dan pelanggan saling memengaruhi biaya.
2.4 Tahap Penerapan Activity Based Costing
Tahap penerapan Activity Based Costing adalah:
1) Mendefinisikan aktivitas, pul biaya aktivitas, dan pengukuran aktivitas.
Langkah utama yang pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah mengidentifikasikan aktivitas yang akan menjadi dasar sistem tersebut. Langkah ini mungkin sulit, memakan banyak waktu, dan membutuhkan pertimbangan. Prosedur umum untuk melakukannya adalah melakukan wawancara terhadap semua orang yang terlibat atau setidaknya semua supervisor dan manajer dalam departemen yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan. Biasanya, akan diperoleh catatan aktivitas yang sangat panjang.
2) Membebankan biaya overhead ke pul biaya aktivitas.
Alokasi tahap «pertama biasanya berdasarkan hasil tanya jawab dengan pegawai yang terkait langsung dengan aktivitas. Sebagai contoh, Classic Brass perlu mengalokasikan $500.000 upah pabrik tidak langsung ke dalam lima pul biaya aktivitas. Alokasi ini akan lebih akurat jika karyawan yang diklasifikasikan sebagai tenaga kerja tidak langsung (supervisor, teknisi, dan tenaga inspeksi kualitas) ditanya berapa persentase waktu yang digunakan untuk pesanan pelanggan, desain produk, jumlah pesanan dan berhubungan dengan pelanggan.
3) Menghitung tarif aktivitas.
Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dan diharapkan diproduksi perusahaan untuk bauran produk saat ini dan untuk melayani pelanggannya saat ini. Sebagai contoh, tim ABC menemukan bahwa 400 desain produk baru dibutuhkan setiap tahun untuk melayani pelanggan perusahaan saat ini Tarif aktivitas dihitung dengan membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas dengan total aktivitasnya.
4) Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitasnya
Langkah ke empat dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-stage alocation). Dalam alokasi tahap kedua, tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya produk dan pelanggan. Pertama, kita akan mengilustrasikan bagaimana membebankan biaya ke produk yang ada di contoh dan kemudian bagaimana membebankan biayanya kepada pelanggan Langkah ke empat dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua (second-stage alocation).
5) Menyiapkan laporan manajemen.
Laporan manajemen umumnya yang dibuat dengan data ABC adalah produk dan profitabilitas pelanggan. Laporan ini membantu perusahaan menghubungkan sumber dayanya pada kesempatan pertumbuhan yang lebih menguntungkan sedangkan dengan waktu yang sama memperbaiki produk dan pelanggan yang dapat menghasilkan laba. Kita memulai dengan mengilustrasikan suatu laporan profitabilitas sebuah produk kemudian diikuti oleh laporan profitabilitas pelanggan.
Tim ABC menyadari bahwa laba dari sebuah produk, disebut margin produk, adalah fungsi dari penjualan produk dan biaya langsung dan tidak langsung yang menyebabkan sebuah produk. Alokasi biaya ABC hanya meringkas tiap-tiap biaya tidak langsung produk (overhead). Sehingga, untuk menghitung laba sebuah produk (margin produk), tim desain perlu untuk mengumpulkan tiap-tiap penjualan produk dan biaya langsung sebagai tambahan ke biaya overhead yang telah dihitung sebelumnya.
2.5 Perbandingan Traditional Costing dan Activity Based Costing
Menurut (Tunggal 2000, Lambert dan Whitworth 1996; dalam Adi, 2005) memberikan gambaran tentang perbedaan antara penggunaan sistem ABC dan sistem biaya tradisional antara lain:
Keterangan Activity Basic Costing Sistem Tradisional
Dasar Alokasi Aktivitas Unit produksi, Jam Tenaga kerja, dsb
Fokus Pengukuran Biaya, kualitas, skala produk, data keuangan dan waktu Kinerja keuangan jangka pendek
Klasifikasi biaya Biaya variabel jangka pendek, biaya variabel jangka panjang dan biaya tetap Biaya variabel dan biaya tetap
Tim ABC menggunakan proses dua langkah untuk membandingkan biaya produk tradisional dan ABC. Pertama, tim menyajikan margin produk yang dilaporkan dengan sistem biaya tradisional. Kemudian, dibandingkan perbedaannya antara produk margin tradisional dan ABC.
1) Perhitungan Margin Produk dengan Sistem Biaya Tradisional
Sistem biaya tradisional di Classic Brass membebankan hanya biaya produksi ke dalam produk - hal ini termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya penjualan dan administrasi tidak dibebankan ke produk. Pertama, penjualan dan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung menggunakan jumlah yang sama seperti yang digunakan tim ABC. Dengan kata lain, sistem biaya tradisional dan sistem ABC memperlakukan tiga jenis data dari pendapatan dan biaya adalah sama jumlahnya.
Kedua, sistem biaya tradisional menggunakan tarif tunggal overhead untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk pembilang untuk tarif tunggal overhead dimana jumlah overhead pabrik yang ditampilkan di laporan laba rugi.
Tarif tunggal Overhead = Total estimasi overhead pabrik
Total estimasi jam mesin
2) Kalkulasi Biaya Produk Tradisional
Dalam sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk. Penggerak aktivitas tingkat unit (unit level activity driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Dengan hanya menggunakan penggerak tingkat unit, diasumsikan biaya overhead yang dikonsumsi oleh produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan biaya overhead ke produk melalui tarif pabrik secara menyeluruh maupun departemental. Penggerak tingkat unit yang biasa digunakan antara lain:
a) Unit yang diproduksi.
b) Jumlah jam tenaga kerja langsung.
c) Jumlah upah tenaga kerja langsung.
d) Jumlah jam mesin.
e) Jumlah bahan baku.
Setelah menentukan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya adalah memperkirakan tingkat output aktivitas yang akan diukur, yaitu melalui tingkat aktivitas yang diharapkan dan tingkat aktivitas normal. Tingkat aktivitas yang diharapkan adalah ouput yang diharapkan akan dicapai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan tingkat aktivitas normal adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat aktivitas yang sama dari tahun ke tahun sehingga fluktuasi pembebanan biaya overhead per unit dari tahun ke tahun relatif rendah.
3) Keterbatasan Sistem Akuntansi Tradisional
Seringkali organisasi mengalami hal-hal tertentu yang mengindikasikan bahwa sistem akuntansi biaya sudah ketinggalan jaman, contohnya:
1. Hasil dari penawaran bisnis sulit dijelaskan.
2. Harga pesaing tampak begitu rendah dan tidak masuk akal.
3. Produk-produksi yang memiliki tingkat kesulitan tinggi menunjukkan laba
yang tinggi.
4. Manajer operasional ingin menghentikan produksi dari produk-produknya
yang tampaknya menguntungkan.
5. Marjin laba sulit untuk dijelaskan.
6. Perusahaan memiliki ceruk pasar yang nampaknya hanya memberi laba tinggi pada perusahaan sendiri.
7. Pelanggan tidak mengeluh atas kenaikan harga produk-produk khusus.
8. Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan data biaya bagi produk khusus.
9. Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri
10. Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan.
4) Activity Based Costing (ABC)
Sistem biaya berdasar aktivitas menelusuri biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Tidak seperti sistem tradisional, ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak dengan menekankan hubungan sebab akibat. ABC menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit maupun non unit. Ada dua prosedur yang digunakan untuk menerapkan ABC, yaitu:
Prosedur Tahap I:
1. Identifikasi aktivitas.
2. Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas.
3. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis
yang: (a) secara logika berkolerasi dan (b) memiliki rasio konsumsi yang sama untuk setiap produk.
4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan
kelompok biaya sejenis.
5. Tarif overhead kelompok dihitung.
Prosedur tahap II:
Biaya dari setiap kelompok overhead ditelusur ke produk.
Kumpulan aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas berikut ini:
1. Tingkat unit: aktivitas yang dilakukan setiap suatu unit diproduksi. Contoh: pengujian produk.
2. Tingkat batch: aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch barang diproduksi. Contoh: persiapan, pemeriksaan, jadwal produksi, penanganan bahan.
3. Tingkat produk: aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi perusahaan. Contoh: perubahan rekayasa, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa produk.
4. Tingkat fasilitas: aktivitas yang menopang proses umum manufaktur suatu pabrik. Contoh: manajemen pabrik, landscaping, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan pabrik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perhitungan Biaya berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) adalah metode perhitungan biaya produksi dan nonproduksi berdasarkan aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk yang diproses dalam satu periode tertentu. Activity Based Costing dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Activity Based Costing biasanya digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti sistem biaya yang dipakai oleh perusahaan.
Sedangkan perhitungan biaya tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output.
1. Dengan menerapkan sistem ABC, maka manajemen akan dapat merencanakan proses secara rinci dan akurat (waktu penyelesaian produk dan harga pokok yang mengikutinya)
2. Analisa prediksi profit/loss proses pada bulan berjalan yang lebih akurat, sehingga akan membantu manajemen untuk segera mengambil tindakan strategis yang perlu.
3. Penelusuran penyebab loss/profit pada akhir bulan/periode analisa yang akurat, berdasarkan jenis produk dan faktor produksi (material, jam kerja yang digunakan dan bila memungkinkan hari dan jam terjadinya kerugian, departemen dan personil yang bertanggung jawab, dll.)
3.2 Saran
Kami sadar bahwasanya dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu masih perlu saran dan kritik para pembaca agar makalah ini bias mencapai kesempurnaa dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Nicho. 2014. Pengertian Akuntansi Manajemen (Online). (http://nichonotes.blogspot.co.id, diakses 21 Desember 2016).
Garrison, Ray H. 1991. Managerial Accounting. 6th Edition. Richard D. Irwin.
Garrison, Ray H, Norren, Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen, Don.R dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Volume dua. Edisi Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, Abdul,dkk. 2014. Akuntansi Manajemen (Akuntansi Manajerial). Yogyakarta: BPFE.
Muliyadi.2003. Activity Based Cost System – Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya Edisi ke 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Rayburn, L.G. Akuntansi Biaya: dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen
Biaya. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Suedi, Bambang. 2012. Peranan Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Manajerial. Semarang: Jurnal Stie Semarang Vol.4, No. 2, Edisi Juni 2012.
Sugiri, S., dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar