MAKALAH
AKUNTANSI MANAJEMEN
“PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
DAN PENETAPAN BIAYA TRANSFER”
DOSEN PENGAMPU:
Ariefah sundari, S.Kom., M.M
Kelompok 10 :
1. Ayuk Sulistyowati (18042089)
2. Ita Hidayatus Sholihah (18042069)
3. M. Tsalis Nasihun (18042065)
PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia nikmatNya sehinnga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENENTUAN BIAYA TRANSFER” disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN yang di ampu oleh Ibu Ariefah sundari, S.Kom., M.M
Makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang paling membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.
Lamongan, 11 April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pusat Pertanggungjawaban Keuangan 3
2.2 Keuntungan Dari Sistem Pengendalian Keuangan 4
2.3 Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjwaban 4
2.4 Pemilihan Pusat Pertanggungjawaban Finansial 6
2.5 Masalah Harga Transfer 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perluasan pasar mendorong berkembangnya perusahaan. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin kompleks lingkungan bisnis yang dihadapi oleh manajemen. Dengan semakin kompleksnya lingkungan industri, manajemen menghadapi ketidakpastian sehingga resiko bisnis menjadi meningkat. Bersamaan dengan itu, aktivitas operasi perusahaan semakin beraneka ragam, dimana kegiatan produksi biasanya sudah merupakan suatu lini produk, maksudnya adalah suatu kegiatan produksi yang berkesinambungan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi.
Kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa membuat setiap perusahaan berusaha untuk dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen dengan harga yang relatif terjangkau namun tetap memperhatikan biaya-biaya yang diperlukan dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Salah satu yang mempengaruhi adalah harga transfer.
Pengertian harga transfer adalah harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran divisi untuk mencatat pendapatan divisi penjualan (selling division) dan biaya divisi pembelian (buying division)(Henry Simamora, 1999:272). Harga transfer mengukur nilai produk (yakni barang atau jasa) yang diserahkan oleh pusat laba kepada pusat pertanggungjawaban lainnya dalam perusahaan. Transfer pricing biasanya ditetapkan untuk produk-produk antara (intermediate product) yang merupakan barang-barang dan jasa-jasa yang dipasok oleh divisi penjual kepada divisi pembeli.
Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba dan antar pusat laba yang di bentuk tersebut terjadi transfer barang dan jasa. Latar belakang timbulnya harga transfer mempunyai peran ganda, di satu sisi harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk mendapatkan laba. Dalam penentuan harga transfer, masing-masing divisi yang terlibat merundingkan berbagai unsur yang membentuk harga transfer, karena setiap unsur yang
membentuk harga transfer akan berdampak terhadap laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja mereka.
Disisi lain, harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi. Dalam penentuan sumber pengadaan barang misalnya, manajemen puncak dapat menempuh kebijakan jika menguntungkan perusahaan secara keseluruhan, manajer divisi diwajibkan untuk memilih sumber pengadaan dari divisi lain dalam perusahaan, tidak dari pemasok luar. Dengan kebijakan ini, manajer divisi dipaksa untuk merundingkan harga transfer yang adil bagi semua divisi yang terlibat. Sehingga dua atau lebih divisi yang terpisah perlu melakukan hubungan dalam mencapai tujuan perusahaan bersama, harga transfer mendekatkan dua atau lebih divisi yang semua melakukan bisnis secara independen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pusat pertanggungjawaban keuangan?
2. Apa saja keuntungan dari sistem pengendalian hasil keuangan?
3. Apa saja jenis-jenis pusat pertanggungjawaban?
4. Bagaimana cara memilih pusat pertanggungjawaban finansial?
5. Apa masalah yang dihadapi dalam harga transfer?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang pusat pertanggungjawaban keuangan
2. Mengetahui tentang keuntungan dari sistem pengendalian hasil keuangan
3. Mengetahui tentang jenis-jenis pusat pertanggungjawaban
4. Mengetahui tentang cara memilih pusat pertanggungjawaban finansial
5. Mengetahui tentang masalah yang dihadapi dalam harga transfer
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pusat Pertanggungjawaban Keuangan
Pusat pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang pertanggungjawaban terhadap aktivitas yang dilakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban, yang masing-masing dipresentasikan oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi. Pusat pertanggungjawaban muncul guna mewujudkan satu atau lebih tujuan, yang disebut objective (tujuan jangka pendek). Banyak organisasi mengendalikan perilaku dari karyawan-karyawannya, khususnya manajernya melalui sistem pengendalian hasil finansial. Pada sistem ini, hasil didefinisikan dalam istilah moneter, seperti pendapatan, biaya, keuntungan, dan tingkat pengembalian.
Pusat-pusat tanggung jawab menerima masukan, dalam bentuk material-material, kerja, dan jasa. Dengan menggunakan kapital (seperti, inventaris), perlengkapan dan aset-aset lainnya , pusat pertanggungjaaban bekerja dengan fungsi-fungsi tertentu dengan tujuan objektifnya adalah untuk mentransformasikan input menjadi output, baik yang bersifat nyata (seperti: barang-barang) atau bersifat tidak nyata (seperti: jasa). Dalam sebuah pabrik, outputnya bersifat barang. Dalam unit-unit staf, seperti sumber daya manusia, transportasi, pencatatan dan administrasi, maka outputnya berbentuk jasa.
Produk yang dihasilkan bisa saja kemudian diserahkan ke divisi lain, dimana produk itu kemudian menjadi input bagi divisi penerima, atau juga bias dilempar kepasar, dimana kemudian produk tersebut menjadi output organisasi perusahaan secara keseluruhan. Adalah lebih mudah untuk mengukur biaya input daripada untuk menghitung nilai output.
2.2 KEUNTUNGAN DARI SISTEM PENGENDALIAN HASIL KEUANGAN
Berikut alasan sistem pengendalian hasil keuangan dalam organisasi dengan baik :
1. Tujuan keuangan sangat berpengaruh pada perusahaan yang berorientasi laba. Laba dan arus kas menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Ukuran keuangan menyediakan suatu ringkasan komprehensif (menyeluruh) dari kinerja perusahaan, sehingga meningkatkan daya banding dari dampak atas inisiatif dan mengurangi kemungkinan sinyal yang bertentangan dengan kepentingan mereka.
3. Kebanyakan ukuran keuangan itu relatif tepat dan objektif.
4. Pengendalian hasil keuangan dapat menyediakan suatu bentuk pengendalian manajemen yang tidak kentara.
5. Pengendalian hasil keuangan dapat digunakan secara luas.
6. Biaya dari penerapan hasil keuangan biasanya relatif kecil dibandingkan bentuk-bentuk pengendalian manajemen lainnya.
Sistem pengendalian hasil keuangan memiliki 3 elemen inti yaitu:
1. Pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan, yang mendefinisikan pembagian secara adil terhadap hasil-hasil keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu organisasi.
2. Sistem perencanaan dan pengendalian, serta proses manajemen formal lainnya, yang digunakan untuk sejumlah pengendalian yang berhubungan dengan tujuan termasuk pengaturan sasaran-sasaran kinerja dan standar-standar untuk mengevaluasi kinerja.
3. Kontrak insentif, yang mendefinisikan hubungan antara hasil dengan bermacam-macam pemberian imbalan dan hukuman organisasi. Sistem pengendalian hasil keuangan juga bergantung pada apa yang biasanya disebut sebagai pengendalian internal, yang mempercayai keandalan dari informasi organisasi.
2.3 JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat pertanggungjawaban keuangan adalah pusat pertanggungjawaban dimana tanggung jawab setiap individu didefinisikan setidaknya sebagian dalam istilah keuangan. Empat jenis pusat pertanggungjawaban yang dapat dibedakan: pusat investasi, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat biaya. Terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban keuangan, yaitu :
1. Pusat Investasi
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dimana manajer memegang pertanggungjawaban terhadap pendapatan, biaya dan tingkat pengembalian investasi. Sebagai contoh, wakil direktur Divisi Truk di General Motors memiliki wewenang yang sangat besar atas investasi di divisi tersebut. Wakil direktur ini bertanggung jawab terhadap pengajuan proposal investasi, seperti mendanai penelitian mesin-mesin yang lebih irit bahan bakar untuk mobil-mobil olahraga. Setelah proposal tersebut disetujui oleh manajer punak dan dewan komisaris General Motors wakil direktur Divisi Truk selanjutnya akan bertanggungjawab untuk memastikan bahwa investasi tersebut dapat memberikan hasil.
2. Pusat Laba
Merupakan pusat pertanggungjawaban dimana manajer memegang pertanggungjawaban atas laba maupun biaya. Manajer pusat laba tidak memiiki kendali atas dana-dana investasi. Sebagai contoh, manajer yang bertugas di salah satu taman bermain Six Flags bertanggungjawab terhadap pendapatan maupun biaya, tapi tidak memiliki kendali atas investasi utama di taman. Manajer pusat laba sering kali dievaluasi dengan membandingkan laba aktual dengan laba yang ditargetkan atau dianggarkan.
3. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban dimana manajer memegang tanggung jawab akan menghasilkan pendapatan yang merupakan ukuran output keuangan. Jika pengeluaran sesuai dengan penghasilan, maka unit tersebut akan menjadi pusat laba. Pada hakikatnya, pusat pendapatan merupakan unit-unit pemasaran/penjualan yang tak memiliki wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggung jawab atas harga pokok barang-barang yang mereka pasarkan.
4. Pusat Biaya
Merupakan pusat pertanggungjawaban dimana manajer bertanggung jawab untuk beberapa elemen-elemen dari biaya atau pengeluaran. Biaya dan pengeluaran diukur dalam bentuk uang, namun output tidak diukur dalam cara yang sama. Pembagian pusat biaya yaitu:
Pusat biaya teknik/standar (standard or engineered expense center), adalah elemen biaya yang benar-benar terjadi dan dapat diukur secara pasti/tepat karena mempunyai hubungan yang erat dengan output yang dihasilkan. Misalnya: bahan baku, upah tenaga kerja, bahan bakar habis pakai, bahan-bahan pembantu lainnya. Ciri-ciri pusat biaya teknik:
a. Input-nya dapat diukur secara moneter
b. Input-nya dapat diukur secara fisik
c. Jumlah rupiah optimal dan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit output, dapat ditentukan.
Pusat biaya kebijakan, adalah biaya yang sebagian besar yang terjadi tidak mempunyai hubungan yang erat dengan output yang dihasilkan. Ada beberapa pembagian pusat biaya kebijakan yaitu:
Pusat biaya administrasi dan umum
Pusat biaya penelitian dan pengembangan
Pusat biaya pemasaran
2.4 MEMILIH PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN FINANSIAL YANG DIGUNAKAN
Pertanyaan penting untuk menjawab hal ini adalah: “yang mana manajer harus pertanggungjawabkan; untuk bagian laporan keuangan yang mana?” pilihan-pilihan ini sangatlah penting karena mempengaruhi perilaku manajer unutk memperhatikan ukuran dimana mereka bertanggungjawab. Dari sudut perilaku, jawaban dasar dari pertanyaan di atas sangat to the point, yakni secara terang-terangan mengharapkan para manajer dapat bertanggung jawab untuk macam-macam item yang anda ingin mereka berikan perhatiannya.
Pada tingkat yang luas, struktur pusat pertanggungjawaban keuangan kebetulan sama dengan otoritas para manajer. Area-area otoritas yang didefinisikan oleh struktur dan kebijakan organisasi yang mendefinisikan hak dan kewajiban manajer untuk membuat keputusan tertentu. Keputusan mengenai struktur organisasi tidak perlu mendahului keputusan-keputusan mengenai jenis-jenis pusat pertanggungjawaban yang seharusnya digunakan; keputusan struktur pertanggungjawaban mungkin yang pertama kali diputuskan.
2.5 MASALAH HARGA TRANSFER
Dalam transfer barang atau jasa ada 2 macam keputusan :
1. Keputusan Pemilihan Sumber (Sourcing Decision)
Keputusan mau membeli sumber dari dalam perusahaan atau dari luar perusahaan
2. Keputusan Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing Decision)
Jika dipilih keputusan membeli dari dalam, akan timbul keputusan berikut : “Pada harga berapa harga transfer diterapkan ?”
Istilah harga transfer dijumpai pada perusahaan yang organisasinya berbentuk desentralisasi dan disusun menurut pusat laba. Pusat laba (atau investasi) sering memasok produk dan jasa ke pusat laba atau investasi lainnya dalam perusahan yang sama. Ketika hal itu terjadi ada mekanisme untuk menetapkan harga transfer.
Karena organisasi perusahaan bersifat desentralisasi maka keputusan untuk menentukan biaya produksi dan harga jual produk adalah menjadi wewenang masing-masing divisi, meskipun tidak mutlak. Untuk itu, dalam hal terjadinya transaksi antar divisi (transfer pricing) sebaiknya perusahaan (kantor pusat) tidak melakukan intervensi, karena masing-masing divisi akan diukur kinerjanya dari perolehan laba masing-masing divisi.
Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan dengan proses deferensiasi bisnis dan karena perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis. Diferensiasi bisnis = diversifikasi jalan yang dibuat seorang manajemen saat ia menghadapi banyak ketidakpastian, sehingga resiko bisnis meningkat, sehingga untuk menurunkan resiko, ia membuat diversifikasi. Diversifikasi biasa ditempuh melalui proses divisonalisasi (proses pembentukan divisi-divisi yang berperan sebagai pusat laba, yang diserahi fungsi produksi, pemasaran dan diberi tanggung jawab untuk hasilkan laba yang sepadan dengan investasi yang ditanam dalam bisnis divisi).
Harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga karakteristik berikut ini:
1. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli.
2. Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya.
3. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.
Harga transfer secara langsung mempengaruhi pendapatan dari pusat laba penjualan (memasok), biaya untuk pusat laba pembelian (menerima), dan akibatnya terhadap keuntungan dari kedua pusat laba tersebut. Dampak dari harga transfer tergantung pada besarnya jumlah transfer internal relatif terhadap ukuran setiap entitas.
Ketika jumlah transfer signifikan, kegagalan untuk mengatur harga pengalihan hak dapat memiliki efek negatif yang signifikan pada sejumlah keputusan penting, termasuk tentang jumlah produksi, sumber pengadaan, alokasi sumber daya, dan evaluasi dari manajer dari kedua penjualan dan keuntungan membeli pusat.
a) Tujuan Harga Transfer
Harga transfer mempunyai tujuan yang banyak, tergantung pada situasi dan tujuan ini sering terjadi konflik. Tujuan dari harga transfer antara lain:
1. Menyediakan sinyal ekonomi yang layak sehingga manajer yang terpengaruh akan membuat keputusan ekonomi yang baik. Secara khusus, harga harus benar mempengaruhi keputusan manajer pusat laba penjualan tentang berapa banyak produk/jasa yang dipasok secara internal dan keputusan manajer pusat laba pembelian tentang berapa banyak produk atau jasa yang dibeli secara internal.
2. Harga transfer dan pengukuran laba sesudahnya harus menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja dari pisat laba dan manajernya. . Harga transfer secara langsung mempengaruhi keuntungan dari kedua entitas baik penjualan maupun pembelian
3. Harga transfer dapat ditetapkan untuk memundahkan laba antara kesatuan perusahaan atau lokasi. Tujuan ini berhubungan dengan penghematan pajak.
4. Mengurang resiko moneter
5. Mengatrol kreditabel asosiasi
6. Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan penetrasi pasar
7. Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah
Beberapa tujuan harga transfer ini sering mengalami pertentangan. Kecuali dalam keadaan yang langka, manajer dipaksa untuk membuat pengorbanan karena tidak ada satu pun metode harga transfer yang melayani semua tujuan dengan baik. Campur tangan harga transfer melemahkan manfaat dari desentralisasi. Harga transfer mengurangi kebebasan pusat laba dan menyebabkan kompleksitas dan penundaan dalam pengambilan keputusan, serta juga meningkatkan biaya organisasi, terutama dalam hal manajemen waktu yang dibutuhkan untuk meninjau fakta-fakta dari situasi.
b) Alternatif dari Harga Transfer
Kebanyakan perusahaan menggunakan lima jenis harga transfer, yaitu:
1. Harga Transfer berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Pricing)
Harga yang dikenakan secara internal biasanya identik dengan harga yang dikenakan ke pelanggan luar, meskipun beberapa perusahaan menerapkan diskon atas harga pasar untuk mencerminkan ekonomi dari perdagangan antar divisi didalam suatu perusahaan. Metode ini merupakan ukuran profitabilitas dan kinera yang paling baik karena objektif. Sehubungan dengan situasi langka dimana pasar persaingan sempurna terjadi untuk perdagangan produk dan jasa, merupakan hasil yang optimal untuk pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja yang bertujuan untuk menetapkan harga transfer berdasarkan harga pasar kompetitif.
Banyak perusahaan menggunakan quasi harga transfer berdasarkan harga pasar dengan membiarkan penyimpangan dari harga pasar yang diamati. Penyimpangan tersebut memungkinkan penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara penjualan internal dan eksternal. Perbedaan ini dapat mencerminkan penghematan dari pemasaran, penjualan, dan biaya yang terkumpul. Penyesuaian harga pasar juga dapat mencerminkan keyakinan bahwa harga yang diambil oleh pemasok eksternal bukan harga kompetitif yang berkelanjutan.
2. Harga Transfer Biaya Marginal (Marginal cost transfer prices)
Ketika produk dan jasa setengah jadi ditukar pada biaya marginalnya, adalah mudah untuk menetapkan kontribusi total yang dihasilkan oleh barang dan jasa oleh perusahaan dalam keseluruhan. Total kontribusi yang dihasilkan oleh produk atau jasa akhir kepada perusahaan secara keseluruhan hanya sama dengan harga jual produk atau jasa akhir dikurangi biaya marjinal dari produksi atau tahap proses pelayanan akhir. Metode ini langka digunakan terutama disebabkan oleh fakta bahwa transfer biaya marjinal memberikan informasi yang buruk untuk mengevaluasi kinerja ekonomi baik pusat laba penjualan maupun pembelian, dan relatif sedikit perusahaan yang dapat mengukur biaya marjinal secara akurat.
Meskipun ini mungkin menjadi fitur menarik dari perspektif akuntansi biaya, dan kadang-kadang dari perspektif penetapan harga untuk keputusan harga jangka pendek, hal ini menciptakan masalah bila dilihat dari perspektif pusat pertanggungjawaban. Alasannya adalah bahwa total kontribusi tidak mudah dilacak pada setiap perusahaan yang memasok, entitas pemasok bahkan memulihkan biaya penuh mereka, yang membuat perusahaan mungkin saja untuk mengevaluasi mereka sebagai pusat keuntungan.
3. Harga Transfer Biaya Penuh (Full cost transfer prices)
Metode harga transfer biaya penuh sangat terkenal, harga transfer ini digunakan oleh 40% perusahaan yang disurvei. Harga transfer berdasarkan biaya penuh menawarkan beberapa keuntungan. Pertama, menyediakan ukuran yang kelangsungan hidupnya dapat bertahan dalam jangka yang panjang. Kedua, harga transfer berdasarkan biaya penuh relatif mudah diterapkan karena perusahaan memiliki sistem di tempat untuk menghitung biaya produksi penuh. Akhirnya, harga transfer berdasarkan biaya penuh yang tidak menyimpang untuk tujuan evaluasi karena pusat laba atas penjualan diperbolehkan untuk memulihkan setidaknya biaya produksi total.
Harga transfer ini juga memperbolehkan penjualan pusat laba untuk memperoleh keuntungan dalam internal perusahaan. Harga transfer ini juga menyediakan perkiraan harga transfer yang dapat digunakan pada situasi dimana harga pasar kompetitif tidak ada.
Dalam penentuan harga transfer berdasarkan biaya, terdapat berbagai pilihan tipe biaya yang digunakan sebagai dasar: biaya sesungguhnya atau biaya standar. Tipe biaya manapun yang dipilih, biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer dapat direkayasa dengan salah satu dari tiga metode biaya: full costing, variable costing, activity based costing.
4. Harga Transfer Negoisasi (Nagotiated transfer prices)
Alternatif harga transfer yang cukup populer digunakan oleh 22% perusahaan yang merespon survei. Harga transfer ini mengijinkan penjualan dan pembelian manajer pusat laba untuk bernegoisasi diantara pusat-pusat pertanggungjawaban lainnya. Hal ini memberikan kepada manajer tingkat wewenang dan pengendalian yang paling besar atas laba dari unit mereka. Kebijakan ini bisa efektif jika kedua pusat laba memiliki beberapa daya tawar, yaitu pusat laba penjualan memiliki beberapa kemungkinan untuk menjual produknya di luar perusahaan dan pusat laba pembelian memiliki beberapa sumber pasokan dari luar. Manajer juga harus memperhatikan biaya dan kondisi pasar.
Namun, harga transfer negosiasi dapat menyebabkan beberapa masalah. Pertama, negosiasi harga dari sejumlah transaksi yang berpotensi besar dalam hal manajemen waktu adalah mahal, dan juga memerlukan pemeriksaan ulang dan revisi harga yang cukup sering. Kedua, negosiasi sering menimbulkan konflik antara manajer pusat laba. Harga transfer berdasarkan negosiasi sering kali membelokkan usaha manajer divisional dari aktifitas-aktifitas produktif yang sebenarnya menjadi kepentingan perusahaan ke aktifitas-aktifitas yang memberikan manfaat bagi divisi tersebut. Dan ketiga, hasilnya sering tergantung pada kemampuan negosiasi dan daya tawar dari para manajer yang terlibat, dan hasil akhir mungkin tidak mendekati optimal secara ekonomi. Selain itu, karena harga transfer tersebut mencakup markup laba, maka biaya aktual dari produk final dapat menjadi sulit untuk di tentukan, dan laba antar divisi dalam suatu perusahaan harus dieliminasi dari persediaan untuk laporan keuangan dan retur pajak penghasilan konsolidasi.
5. Variasi Lainnya
1. Salah satu variasi harga transfer yang lain, yaitu berdasarkan biaya marjinal ditambah biaya lump-sum tetap. Biaya lump-sum ini dirancang untuk mengkompensasi pusat laba penjualan untuk mengikat beberapa kapasitas tetap untuk memproduksi produk yang ditransfer secara internal. Masalah utama dengan metode biaya marjinal ditambah biaya lump-sum adalah bahwa manajer yang terlibat harus menetapkan sebelumnya biaya lump-sum berdasarkan perkiraan kapasitas bahwa setiap pelanggan internal akan membutuhkannya pada periode yang akan datang.
2. Harga transfer dengan tarif ganda, dimana pusat laba penjualan dikreditkan dengan harga pasar, tetapi pusat laba pembelian membayar hanya biaya produksi marjinal (atau penuh). Harga transfer dengan tarif ganda memiliki dua keuntungan dasar, yaitu :
Para manajer baik dari pusat laba penjualan dan pembelian menerima petunjuk ekonomi yang tepat untuk pengambilan keputusan mereka,
Memastikan bahwa transaksi internal akan berlangsung, sehingga memungkinkan untuk mempertahankan proses produksi yang terintegrasi secara vertikal.
Namun, harga transfer dengan tarif ganda tidak umum digunakan karena beberapa alasan, yaitu :
Harga transfer dengan tarif ganda dapat menghancurkan insentif internal yang tepat dari entitas ekonomi.
Sering sulit untuk menjelaskan kepada manajer pusat laba bagaimana penghitungan ganda telah melebih-lebihkan keuntungan pusat laba mereka, namun keuntungan tersebut kadang-kadang menyebabkan manajer pusat laba menuntut kompensasi yang sepadan.
3. Harga transfer arbitrer, harga ditetapkan oleh manaemen pusat. Harga tersebut umumnya dipilih untuk meminimalkan pajak atau tujuan tingkat perusahaan lainnya. Keuntungan dari metode ini adalah bahwa suatu harga dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga akan mencapai tujuan yang dianggap paling penting oleh manajemen pusat. Sedangkan kerugiannya adalah metode ini dapat mengalahkan tujuan penting dari desentralisasi tanggungjawab atas laba-membuat karyawan divisional sadar akan laba. Metode ini juga sangat menghambat otonomi dan insentif laba bagi manajer divisi.
Karena harga transfer arbitrer umumnya mencakup markup, maka menentukan biaya actual dari produk final dapat menjadi sulit, dan laba antar divisi dalam satu perusahaan harus dieliminasi untuk laporan keuangan dan retur pajak penghasilan konsolidasi.
c) Penggunaan Secara Bersama-sama dari Berbagai Metode Harga Transfer
Ketika perusahaan menggunakan secara bersama-sama berbagai metode harga transfer, mereka biasanya menggunakan salah satu metode untuk tujuan internal(baik pengambilan keputusan dan evaluasi) dan metode lain untuk memindahkan keuntungan diantara yurisdiksi pajak. Tetapi, sering merupakan hal yang sulit untuk menggunakan metode ini untuk tujuan di atas karena hukum memaksakan ketidakleluasaan perusahaan yang beroperasi di banyak negara. Lebih mudah bagi manajer untuk mengklaim bahwa mereka tidak memanipulasi laporan laba-rugi untuk menghindari pajak jika mereka menggunakan metode harga transfer yang sama untuk tujuan pajak seperti yang digunakan untuk keperluan internal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pusat pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang pertanggungjawaban terhadap aktivitas yang dilakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat pertanggungjawaban, yang masing-masing dipresentasikan oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi.
Pusat pertanggungjawaban keuangan adalah pusat pertanggungjawaban dimana tanggung jawab setiap individu didefinisikan setidaknya sebagian dalam istilah keuangan. Empat jenis pusat pertanggungjawaban yang dapat dibedakan: pusat investasi, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat biaya.
Pada tingkat yang luas, struktur pusat pertanggungjawaban keuangan kebetulan sama dengan otoritas para manajer. Area-area otoritas yang didefinisikan oleh struktur dan kebijakan organisasi yang mendefinisikan hak dan kewajiban manajer untuk membuat keputusan tertentu.
Harga transfer secara langsung mempengaruhi pendapatan dari pusat laba penjualan (memasok), biaya untuk pusat laba pembelian (menerima), dan akibatnya terhadap keuntungan dari kedua pusat laba tersebut. Dampak dari harga transfer tergantung pada besarnya jumlah transfer internal relatif terhadap ukuran setiap entitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N., Vijay Govindarajan, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1., Salemba Empat, Jakarta:2002.
Carter, William K. Carter, Milton Usry, Akuntansi Biaya, Buku 2, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta:2005.
Garrison, Ray H, Eric, Peter. Managerial Acounting, Buku 2, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta:2007.
Gudono, Akuntansi Manajemen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:1993.
Hansen, Don R Maryanne M. Mowen, Management Accounting, Buku 2, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta:2005.
Merchant, Kenneth A, Wim A. Van der Stede, Management Control System, 3rd ed., Pearson.
http://www.academia.edu/5361005/Transfer_Pricing_Especially_in_Indonesia_
http://dhedee29.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/34457/TRANSFER+PRICE.pdf
http://hpcrates.blogspot.com/2012/04/pusat-pertanggungjawaban-keuangan-dan.html
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/11/makalah-pusat-pertanggungjawabanunsur.html
http://sondis.blogspot.com/2013/03/pengertian-harga-transfer-transfer.html
http://pojokinfo.wordpress.com/2008/03/03/penetapan-harga-transfer-dalam-meningkatkan-laba-perusahaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar