MAKALAH
BIAYA STANDAR
DOSEN PENGAMPU
Ariefah Sundari, S.Kom., M.M.
DISUSUN OLEH
1. Rizqi Kurnia Sari 18042059
2. Tita Anggraini 18042074
3. Ramadhan Amirul Mukminin 18042079
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia nikmatNya sehinnga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Biaya Standar” disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen.
Makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang paling membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.
Lamongan, 30 April 2020
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang iv
1.2 Rumusan Masalah iv
1.3 Tujuan v
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biaya Standar 1
2.2 Tipe-tipe Biaya Standar 1
2.3 Mengapa Sistem Biaya Standar di Terapkan 2
2.4 Analisis Variansi (Deskripsi Umum) 2
2.5 Analisis Variansi (Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung) 3
2.6 Analisis Variansi (Biaya Overhead) 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar adalah suatu benchmark atau “norma” untuk penentuan kinerja. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pengendalian biaya produksi dan penetapan harga pokok produksi yang cermat dan tepat sangat penting, karena biaya produksi akan memberikan pengaruh langsung terhadap harga pokok produksi yang akhirnya berakibat juga pada laba yang diharapkan perusahaan. Sehingga diperlukan suatu alat pengendalian yang diantaranya berupa penetapan biaya standar.
Biaya standar merupakan alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan yang efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.
Sistem biaya standar juga memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain. Untuk dapat menetukan biaya standar , manajemen membutuhkan suatu informasi biaya yang tepat dan wajar, sehingga biaya standar dapat ditetapkan secara realistis. Jika terjadi penyimpangan pada biaya standar, maka biaya standar ini dapat dianalisis dan diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud standar biaya?
2. Apa saja tipe-tipe biaya standar?
3. Mengapa sistem biaya standar ditetapkan?
4. Bagaimana analisis variansi (deskripsi umum)?
5. Bagaimana analisis variansi (bahan baku dan tenaga kerja langsung)?
6. Bagaimana analisis variansi (biaya overhead)?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian biaya standar.
2. Menjelaskan tipe-tipe biaya standar.
3. Menjelaskan mengapa sistem biaya standar ditetapkan.
4. Menjelaskan analisis variansi (deskripsi umum).
5. Menjelaskan analisis variansi (bahan baku dan tenaga kerja langsung.
6. Menjelaskan analisis variansi (biaya overhead).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biaya Standar
Biaya standar adalah biaya produksi suatu unit atau sekelompok produk selama periode tertentu yang ditentukan di muka. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk pada kondisi operasi tertentu. Suatu biaya standar mempunyai dua komponen, yaitu standar fisik dan standar harga
Sistem biaya standar bermanfaat untuk melakukan perencanaan, pengendalian operasi dan memberikan wawasan kepada manajemen dalam membuat keputusan. Biaya standar dapat digunakan untuk hal-hal berikut:
1. Menyederhanakan prosedur penentuan biaya produk.
2. Memudahkan pembuatan anggaran.
3. Mengendalikan biaya.
4. Menentukan harga jual.
B. Tipe-tipe Biaya Standar
1. Standar ideal (ideal standards), Standar ideal membutuhkan efisiensi maksimum dan hanya dapat dicapai jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna. Tidak ada mesin yang rusak, menganggur atau kurangnya keterampilan yang dapat ditoleransi.
2. Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable standards). Standar ini dapat dicapai dengan beroperasi secara efisien. Kelonggaran diberikan untuk kerusakan normal, gangguan, keterampilan yang lebih rendah dari sempurna, dan lainnya.
3. Standar Normal adalah tingkat harga yang didasarkan pada anggapan tingkat harga normal atau tingkat harga rata-rata yang diharapkan terjadi di dalam siklus bisnis.
4. Standar dasar adalah tingkat harga yang diharapkan didasarkan pada anggaran tingkat harga yang diharapkan terjadi pada tahun pertama pemakaian standard.
C. Mengapa Sistem Biaya Standar Diterapkan
Dua alasan untuk penerapan sistem biaya standar sering disebutkan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian, serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk.
1. Perencanaan dan Pengendalian
Sistem perhitungan biaya standar memperbaiki perencanaan dan pengendalian, serta memperbaiki pengukuran kinerja. Standar unit adalah syarat fundamental bagi sistem anggaran fleksibel yang merupakan kunci bagi sistem perencanaan dan pengendalian yang baik. Sistem pengendalian anggaran membandingkan biaya aktual dengan biaya yang dianggarkan dengan menghitungkan variasi, yaitu perbedaan antara biaya aktual dan biaya yang direncanakan untuk pengendalian operasional dalam suatu lingkungan kegiatan produksi canggih dapat menghasilkan perilaku disfungsional.
2. Perhitungan Harga Pokok Produk
Dalam sistem perhitungan biaya standar, biaya-biaya dibebankan pada produk dengan menggunakan standar kuantitas dan harga untuk ketiga biaya produksi : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Sebaliknya, sistem perhitungan biaya normal menentukan biaya overhead terlebih dahulu utuk tujuan perhitungan harga pokok produk, tetapi membebankan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Pada produk dengan menggunakan biaya aktual.
D. Analisis Variansi (Deskripsi Umum)
Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk mengidentifikasi biaya yang seharusnya muncul pada tingkat aktivitas aktual tertentu. Angka ini diperoleh dengan mengalikan jumlah input yang diizinkan pada output aktual dengan standar harga per unit. Dengan anggaran SP adalah standar harga per unit suatu input dan SQ adalah kuantitas input yang diizinkan untuk ouput aktal, biaya input yang direncanakan atau dianggarkan adalah
SP × SQ
Biaya input aktual adalah
AP × AQ
AP adalah harga aktual per unit input dan AQ adalah kuantitas input aktual yang digunakan.
a. Variansi Harga dan Efisiensi
Total variansi anggaran adalah perbedaan antara biaya aktual input dan biaya yang direncanakan. Untuk penyederhanaan, merujuk pada total variansi anggaran sebagai total variansi.
Total Variansi = (AP × AQ) – (SP × SQ)
Dalam suatu sistem perhitungan biaya standar, total variansi dibagi menjadi :
1) Variansi Harga ( Tarif )
Variansi Harga = (AP – SP) AQ
2) Variansi Penggunaan (efisiensi)
Variansi Penggunaan = (AQ – SQ) SP
Variansi yang tidak menguntungkan (Unfavorable-U) muncul ketika harga aktual atau penggunaan input lebih banyak daripada standar harga atau penggunaan. Ketika hal berlawanan muncul, variansi variansi yang menguntungkan (Favorable-F) diperoleh. Variansi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan tidak sama dengan variansi yang baik dan buruk. Istilah tersebut hanya menunjukkan hubungan harga aktual atau kuantitas dengan standar harga dan kuantitasnya. Baik atau buruknya variansi ini bergantung pada penyebab munculnya mereka. Penentuan penyebabnya mensyaratkan para manajer untuk melakukan beberapa penyelidikan.
E. Analisis Variansi (Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung)
a. Variansi Bahan Baku Langsung
Variansi harga bahan baku dapat dihitung secara terpisah. Variansi harga bahan baku (material price variance-MPV) mengukur perbedaan antara berapa biaya yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa biaya yang secara aktual dibayar.
MPV = (AP × AQ) – (SP × AQ)
Atau
MPV = (AP – SP) AQ
Dimana :
AP = harga aktual per unit
SP = harga standar per unit
AQ = kuantitas aktual bahan baku yang digunakan
Tanggung jawab terhadap pengendalian variansi harga bahan baku biasanya diemban oleh agen pembelian. Harga bahan baku kebanyakan memang diluar kendalinya. Namun, variansi harga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kualitas, diskon kuantitas, jarak sumber dari pabrik,dll. Faktor-faktor ini kerap dibawah kendali agen.
Penggunaan variansi harga untuk mengevaluasi kinerja kinerja pembelian memiliki beberapa keterbatasan penekanan untuk memenuhi atau di atas standar dapat membuat beberapa hasil yang tidak diinginkan.
Variansi harga bahan baku dapat dihitung dari 2 poin: (1) ketika bahan baku dikeluarkan untuk digunakan dalam produksi atau (2) ketika bahan baku dibeli. Penghitungan variansi pada titik pembelian lebih disukai. Lebih baik memiliki informasi variansi lebih awal daripada nanti. Bahan baku dapat tersimpan dalam persediaan berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum diperlukan dalam produksi. Saat variansi harga bahan baku dihitung dan menandakan suatu masalah, tindakan korektif bisa jadi sudah terlembat. Meskipun tindakan korektif masih memungkinkan, penundaan dapat membebankan perusahaan dalam jumlah ribuan dollar.
Jika variansi harga bahan baku dihitung saat pembelian, AQ perlu didefinisikan sebagai kuantitas aktual inpt yang dibeli daripada bahan baku yang digunakan secara aktual. Karena bahan baku yang dibeli dapat berbeda dari bahan baku yang digunakan, keseluruhan variansi anggaran bahan baku tidak harus jumlah variansi harga bahan baku dan variansi bahan baku yang digunakan.
Mengenali variansi harga bahan baku saat pembelian juga berarti persediaan bahan baku dihitung pada biaya standar. Input jurnal berhubungan dengan pembelian bahan baku pada sistem biaya standar.
b. Variansi Penggunaan Bahan Baku Langsung
Variansi penggunaan bahan baku (material usage variance-MUV) mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang secara aktual digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output aktual.
MUV = (SP × AQ) – (SP × SQ)
Secara umum, manajer produksi bertanggung jawab pada penggunaan bahan baku. Meminimalkan sisa pembuangan, dan pengerjaan kembali adalah cara-cara manajer untuk memastikan standar akan terpenuhi. Namun, penyebab variansi terkadang diakibatkan oleh hal lain, selain area produksi. Seperti variansi harga, menerapkan variansi penggunaan untuk mengevaluasi kinerja dapat mengarah pada perilaku yang tidak diinginkan.
Penyelidikan menyatakan variansi penggunaan bahan baku yang menguntungkan adalah hasil pembelian berkualitas tinggi yang dibeli oleh departemen pembelian. Dalam hal ini, variansi yang menguntungkan pada intinya dapat dibebankan pada pemeblian. Karena variansi penggunaan bahan baku menguntungkan tetapi lebih kecil daripada variansi harga yang tidak menguntungkan hasil keseluruhan perubahan dalam bagian pembelian tidak menguntungkan.
c. Variansi Tenaga Kerja Langsung
1. Penghitungan variansi Tarif Tenaga Kerja
Variansi tarif tenaga kerja dihitung sebagai berikut :
LRV = (AR × AH) – (SR × AH)
Atau
LRV = (AR – SR) AH
Dimana :
AR = Tarif upah aktual per jam
SR = Tarif upah standar per jam
AH = Jam tenaga kerja langsung yang digunakan
2. Variansi Efisiensi Tenaga Kerja
Variansi efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance-LEV) mengukur perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga kerja yang seharusnya digunakan.
LEV = (AH × SR) – (SH × SR)
Atau
LEV = (AH – SH) SR
Dimana:
AH = Jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan
SH = Jam standar tenaga kerja langsung yang seharusnya digunakan.
SR = Tarif upah standar per jam.
Secara umum dapat dikatakan bahwa para manajer produksi bertanggung jawab atas penggunaan tenaga kerja langsung secara produktif. Akan tetapi, sebagaimana yang berlaku pada semua variansi, begitu penyebab ditemukan, tanggung jawab mungkin dapat dibebankan pada bidang lain. Sebagai contoh, mesin dapat meyebabkan gangguan dan penggunaan nonproduktif tenaga kerja. Akan tetapi, tanggung jawab pada kerusakan ini bisa jadi merupakan kesalahan pada pemeliharaan. Jika benar, manajer pemeliharaan seharusnya dibebankan dengan variansi efisiensi tenaga kerja yang tidak menguntungkan ini.
F. Analisis Variansi ( Biaya Overhead)
a. Variansi Overhead Variabel
1. Total Variansi Overhead Variabel
Total variansi overhead variabel adalah perbedaan antara overhead variabel yang akrual dengan yang dibebankan.
Total Variansi Overhead = Biaya akrual overhead pabrik – overhead variabel yang dibebankan
2. Variansi Pengeluaran Overhead Variabel
Variansi overhead variabel mengukur pengaruh agregat dari perbedaan antara tarif akrual overhead variabel dan tariff standar overhead variabel.
Variansi Pengeluaran overhead variabel = (AVOR × AH) – (SVOR × AH)
Atau
Variansi Pengeluaran overhead variabel = (AVOR – SVOR) AH
Dimana:
AVOR = Acrual variabel overhead rate
SVOR = Standar variabel overhead rate
Tanggung jawab overhead variabel dibebankan pada departemen produksi. Pengendalian overhead variabel memerlukan analisis lini per lini pada tiap bagian. Jika variansi signifikan, penyelidikan dapat dilakukan. Sebagai contoh listrik adalah satu-satunya hal yang tidak menunjukkan variansi yang tidak menguntungkan. Harga listrik yang tidak berubah berarti penggunaan lebih banyak dari yang diharapkan. Perusahaan dapat menemukan banyak penyalaan dan pematian mesin yang melebihi normal hingga menyebabkan peningkatan konsumsi listrik.
Variansi efisiensi overhead variabel yang muncul karena penggunaan efisiensi ( atau tidak efisien ) tenaga kerja langsung. Variabel efisiensi dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Variansi efisiensi overhead variabel = (AH – SH) SVOR
Variansi efisiensi overhead variabel disebabkan oleh efisien atau tidaknya penggunaan tenaga kerja langsung. Jika jam tenaga kerja langsung yang digunakan lebih banyak atau lebih sedikit daripada standarnya, biaya total overhead variabel akan meningkat atau menurun. Berlakunya pengukuran tersebut bergantung pada seberapa valid hubungan antara biaya overhead variabel dan jam tenaga kerja langsung.
b. Variansi Overhead Tetap
Total overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap akrual dan overhead tetap yang dibebankan. Berikut overhead tetap dibebankan:
Overhead tetap yang dibebankan = Tarif standar overhead tetap × Jam standar
Total variansi overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap akrual dan overhead tetap yang dibebankan.
Total variansi overhead tetap = Overhead tetap yang dianggarkan – Overhead tetap yang dibebankan
Untuk membantu para manajer memahami penyebab overhead tetap kurang dibebankan. Total variansi dipecah menjadi dua variansi, yaitu:
Variansi Pengeluaran Overhead Tetap
Variansi pengeluaran overhead tetap didefinisikan sebagai perbedaan antara overhead tetap aktual dan overhead tetap yang dianggarkan variansi pengeluaran menguntungkan karena overhead tetap yang dikeluarkan lebih sedikit daripada yang dianggarkan.
Overhead tetap dibuat dari beberapa bagian terpisah seperti gaji, penyusutan, pajak dan asuransi. Banyak overhead tetap –investasi jangka panjang, sebagai contoh tidak berubah pada jangka pendek. Akibatnya, biaya overhead tetap sering diluar kendali langsung manajemen. Karena biaya overhead tetap sering dipengaruhi oleh keputusan jangka panjang dan bukan oleh perubahan dalam tingkat produksi, vaiansi anggaran biasnya kecil.
Variansi Volume Overhead Tetap
Variansi volume overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap yang dianggarkan dan overhead tetap yang dibebankan. Variansi volume mengukur pengaruh perbedaan output aktual dari output yang digunakan di awal tahun untuk menghitung tariff perkiraan standar overhead tetap.
Dengan mengasumsikan variansi volume mengukur penggunaan kapasitas tersirat bahwa tanggung jawab umum atas variansi ini seharusnya dibebankan pada Departemen Produksi. Akan tetapi, penyelidikan terhadap alasan variansi volume yang signifikan terkadang dapat mengungkapkan penyebabnya adalah faktor di luar kendali produksi.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Suatu sistem biaya standar menganggarkan kuantitas dan biaya menggunakan kuantitas dan biaya menggunakan dasar unit. Anggaran unit adalah tenaga kerja, bahan baku, dan overhead. Dengan demikian, biaya standar adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa. Standar yang dibuat ditetapkan berdasarkan pengalaman historis, studi teknis, dan input dari personel operasional, pemsaran dan akuntansi. Standar yang saat ini dapat di capai adalah standar yang dapat diraih dengan kondisi operasional yang efisien. Standar ideal adalah standar yang dapat dicapai dengan efisiensi maksimum atau kondisi operasional ideal. Sistem perhitungan biaya standar digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian, serta memfasilitasi perhitungan harga pokok produk. Dengan membandingkan hasil aktual dengan standard an membagi variansi dalam komponen harga dan kuantitas, respon balik tersedia bagi para manajer. Informasi ini memungkinkan para manajer untuk menerapkan tingkat kendali terhadap biaya daripada yang ditemukan dalam sistem perhitungan biaya normal atau aktual. Keputusan seperti penawaran juga dibuat lebih mudah ketika sistem perhitungan biaya standar digunakan.
Lembar biaya standar memberikan perincian untuk perhitungan biaya standar per unit. Hal ini menunjukkan biaya standar untuk bahan baku, tenaga kerja, serta overhead tetap dan variabel. Lembar ini juga menyatakan kuantitas setiap input yang seharusnya digunakan untuk memproduksi satu unit output. Dengan menggunakan standar kuantitas unit ini, standar kuantitas bahan baku yang diizinkan dan standar jam yang diizinkan dapat dihitung untuk output aktual. Penghitungan ini memainkan peranan penting dalam analisis variabel.
b. Saran
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
Daftar Pustaka
Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Managerial. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Kaplan, Robert S., dan David P. _____. Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar