MAKALAH
ISRA’ DAN MI’RAJ
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama islam III
DOSEN PENGAMPU:
ERNA NINGSIH,.S.Ag.M.PdI
DISUSUN OLEH:
Kelompok 11
1. Bangkit Satrio Bakti (18042076)
2. Hilmidatul Masruroh (18042085)
3. Ita Hidayatus Sholihah (18042069)
PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan dari pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi kewajiban dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam III.
Dalam penulisan makalah tentang ”Isra’ dan Mi’raj” ini kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Karena itu, kami sangat mengharap kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan untuk menjadikan makalah ini lebih baik dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Lamongan, 14 Mei 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian isra’ 3
2.2 Pengertian mi’raj 3
2.3 Isra’ dan mi’raj memakai ruh dan jasat 3
2.4 Hikmah isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 1 :
سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرا
Artinya :”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S Al isra’: 1)
Allah SWT telah mengisra'kan (memperjalankan diwaktu malam hari) Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palestina).Dahulunya orang biasa berjalan kaki dari satu tempat ketempat, ataupun menaiki kuda, keledai, unta dan sebagainya.Perjalanan dari Makkah ke Palestina mengambil masa lebih kurang 40 hari. Ini adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa Allah telah dilakukan dalam
Masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam sahaja. Bagi orang dahulu, perrjalanan yang demikian jauh jika dapat dilakukan dalam masa beberapa jam sahaja adalah suatu hal yang luar biasa dan tidak dapat diterima oleh akal mereka. Oleh karena itu mereka yang tidak beriman seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad SAW dengan menuduh Nabi SAW seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.Mereka yang beriman dapat menerimanya karena ia merupakan salah satu tanda dari kekuasaan Allah SWT yang telah pernah diberikan kepada Rasul-rasulnya
Dalam peristiwa ini, di samping Nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah, juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang lain yang menakjubkan.Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi renungan di tengah gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu dahsyat.Dan hal yang paling utama ialah diturunkanlah sholat lima waktu yang InsyaAllah masih kita jalankan sampai sekarang ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan isra’?
2. Apa yang dimaksud dengan mi’raj?
3. Bagaimana isra’ dan mi’raj memakai ruh dan jasad?
4. Apa hikmah isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian isra’
2. Mengetahui pengertian mi’raj
3. Mengetahui bagaimana isra’ dan mi’raj memakai ruh dan jasad
4. Mengetahui hikmah isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian isra’
Isra’ Mi’raj (Arab : الإسراء والمعراج, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam , karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Isra’ secara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu malam.Isra secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi Muhammad SAW diwaktu malam hari dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palestina).
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى
”Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa” (al-isra’-1)
2.2 Pengertian mi’raj
Mi’roj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga, atau alat untuk naik dari bawah ke atas. Miraj secara terminologi atau menurut istilah adalah perjalanan nabi Muhammad SAW dari bumi menuju langit yang ke tujuh sampai ke sidratul muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke langit melalui beberapa langit dan ke sidratul muntaha dan yang terakhir sampai ke Arasyi dan Kursy dimana beliau menerima wahyu dari Allah yang mengandung perintah shalat lima waktu.
2.3 Isra’ dan mi’raj memakai ruh dan jasad
fenomena Isra Miraj memantik beragam perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Seorang ulama Andalusia dan seorang pakar hadis pada zamannya, al-Qadhi ‘Iyadh (w. 544 H), mengkategorisasi perbedaan pendapat-pendapat ulama mengenai aspek Isra’ Mi’raj ini sebagai berikut:
Pertama, Ulama yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh saja; Kedua, Ulama yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj dilakukan dengan ruh dan jasad; Ketiga, Ulama yang mengatakan bahwa Isra’ dilakukan dengan jasad saja, dan Mi’raj ruh saja; Keempat, Ulama yang mengatakan bahwa semua itu hanya terjadi dalam mimpi; Kelima, Ulama yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj merupakan kasyaf (fenomena batin dengan cara diperlihatkan hal-hal gaib melalui terbukanya hijab); Keenam, Ulama yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj dilakukan dengan cara penguraian molekul-molekul sebagaimana zat kimia bereaksi.
Dari sekian pendapat tersebut, pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama salaf maupun mutaakhirin baik ahli fiqih, ahli hadis, dan ilmu kalam adalah bahwa Isra’ Mi’raj yang dialami Nabi MuhammadSaw terjadi dengan melibatkan ruh dan jasad sekaligus.
Seorang ulama hadis besar bernama Ibnu Hajar juga mendukung pendapat mayoritas ulama tersebut dengan mengatakan, “sesungguhnya Isra Miraj terjadi dalam waktu semalam dengan jasad dan fisik Rasulullah Saw dan beliau dalam keadaan sadar. Terjadi setelah beliau diangkat menjadi Nabi . . .”
Ulama yang memegang prinsip tersebut mengatakan bahwa jika kejadian luar biasa itu hanya dikatakan sebuah mimpi, lalu apa istimewanya Isra Miraj? Dan jika dikatakan hanya melibatkan ruh, lalu mengapa Allah menyediakan buraq? Tentu ini juga menjadi ujiian keimanan bagi setiap Muslim.
Lagi pula, ayat pertama surat al-Isra’ sudah cukup membantah kedua argumentasi soal Isra Miraj, yaitu apabila peristiwa Isra Miraj hanya melalui mimpi, maka ia akan menyelisihi firman Allah QS. al-Isra’, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dan, jika hanya ruh yang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj, maka akan berlawanan dengan kalimat “bi ‘abdihi” yang ada dalam ayat tersebut di atas. Kata “ bi ‘abdihi ” di sini sekaligus menjadi penolakan sebagian orang bahwa perjalanan malam hari Rasulullah Saw ini hanya terjadi dengan ruhnya saja tanpa jasad, padahal kata “abd” (hamba) dipakai untuk ruh beserta jasadnya sekaligus, sehingga tidak ada orang yang mengatakan ruh itu sebagai “abd” atau jasad yang tidak ber-ruh sebagai “abd“.
Semua beragam perbedaan pendapat tersebut hanyalah sebuah diskursus yang tidak perlu dijadikan sebagai masalah berarti. Di luar diskursus itu, kita dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai. Pertama, Allah Swt tidak akan meninggalkan hamba-Nya sendirian dalam kesedihan yang berlarut-larut. Pasca NabiSaw ditinggal oleh kedua orang terkasihnya (Abu Thalib kemudian tiga hari berselang Khadijah menyusul wafat), Allah “menghibur”nya dengan peristiwa fenomenal ini.
Kedua, cobaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw sebelum Isra Miraj tersebut merupakan ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan. Sama seperti pandemi Covid-19 yang sedang terjadi, alangkah baiknya jika kita maknai sebagai cobaan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah. Dan masih banyak pelajaran-pelajaran lainnya yang tentu setiap orang bisa menggalinya secara mandiri. Wallahu a‘lam
Home QS. Al-Isra
17. QS. Al-Isra (Perjalanan Malam) ayat 1
bismillahirohmanirohim
سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ
1. Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
2.4 Hikmah isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW
Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra’ mi’raj.Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa isra’ mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW.Rupanya, begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah shalat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.
Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah shalat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan shalat sebagai ibadah utama dalam Islam.Shalat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit.Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.
Shalat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim. Allah mengingatkan: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)
Hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa Isro’ dan Mi’roj:
a. Menjaga Sholat 5 Waktu: Allah SWT memberikan hadiah sholat 5 waktu kepada Nabi Muhammad dan umatnya supaya kita bisa ’berjumpa’ dengan Allah SWT melalui sholat, betapa besar cinta dan rindu Allah kepada kita sehingga kita diperintahkan untuk sholat 5 waktu. Sebagaimana hadits Rosulullah SAW diriwayatkan didalam Shahih Bukhari : “barang siapa yang melakukan shalat sungguh ia sedang berbicara dan bercakap-cakap dan menghadap Allah SWT”. Inniy wajjahtu wajhiya lilladziy fatharassamaawaati wal ardhi….dst “ sungguh kuhadapkan jiwaku, hatiku, wajah hati ku, kepada yang menciptakan langit dan bumi yaitu Allah subhanahu wata'ala..”
b. Mempercayai, membenarkan, dan meyakini semua apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW: Sebagaimana Sahabat Abu Bakar ash-Shidiq yang selalu membenarkan apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena pada hakikatnya semua apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW berasal dari Allah SWT, dan tidak keluar dari hawa nafsunya.
c. Menghilangkan rasa sedih dan gundah Nabi SAW karena ditinggal oleh Istri tercinta dan paman yang selalu membela Nabi berdakwah.
d. Allah SWT memperlihatkan Maha Kuasanya kepada Nabi Muhammad SAW agar ia tetap yakin bahwa Allah akan slalu menolongnya dalam menghadapi musuh-musuh yang menghalangi dakwah islam.
e. Allah SWT mempertemukan nabi SAW kepada para nabi terdahulu.
f. Nabi SAW bertemu dengan kehadirat Allah SAW.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Isra’ secara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu malam.Isra secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi Muhammad SAW diwaktu malam hari dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha artinya masjid yang jauh (di Palestina).
Mi’roj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga, atau alat untuk naik dari bawah ke atas. Miraj secara terminologi atau menurut istilah adalah perjalanan nabi Muhammad SAW dari bumi menuju langit yang ke tujuh sampai ke sidratul muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke langit melalui beberapa langit dan ke sidratul muntaha dan yang terakhir sampai ke Arasyi dan Kursy dimana beliau menerima wahyu dari Allah yang mengandung perintah shalat lima waktu.
Banyak sekali perbedaan pendapat para ulama tentang hal ini.Apakah Nabi Muhammad menjalankan isra’ mi’raj dengan ruhnya saja ataukah dengan jasadnya juga. Orang yang mengatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj Muhammad dengan ruh itu berpegang kepada keterangan dari Umm Hani’ dan Aisyah, beliau mengatakan : “Jasad Rosulullah SAW tidak hilang, tetapi Allah menjadikan Isra’ itu dengan ruhnya”. Juga Mu’awiyyah bin Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isra’ Rosul menyatakan : “Itu adalah mimpi yang benar dari tuhan. Disamping semua itu,orang berpegang pada firman Allah : “Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepada kamu itu adalah ujian bagi manusia.”
Makna penting isra' mi'raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat sebagai ibadah utama dalam Islam.Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit.Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Nurul Yaqiin Fii siirati Sayyidil Mursalin,karya Syekh Muhammad Al-Khudhari Bek .
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perlengkapan Tarikh Nabi Muhammad,karya K.H Moenawar Chalil
Muhammad Haekal, Perjalanan Sejarah Nabi.
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1170&Itemid=1
http://ustadzkholid.com/fiqih/peringatan-isra-miraj/
http://www.shiar-islam.com/doc8.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar