Senin, 30 Maret 2020

Materi akuntansi biaya

BAB II
HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya suatu perusahaan  tidak hanya memproduksi satu produk tetapi beragam produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan akuntansinya. Bersumber dari masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk sampingan menjadi penting untuk dibahas.

A. KONSEP PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Sebelum membahas produk bersama dan produk sampingan maka harus membahas biaya bersama terlebih dahulu karena pembagian produk menjadi produk bersama dan produk sampingan bersumber dari biaya bersama.
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan ataupun secara massa.
Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Biaya bersama digunakan untuk memproduksi berbagai produk, yaitu:
a. Produk bersama (joint-product)
Produk Bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama- sama atau serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukkan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu. Biaya produk bersama bersifat homogen untuk seluruh produk sampai pada titik pisah. Nilai jual dari masing-masing produk bersama relatif sama sehingga tidak ada produk yang dianggap sebagi produk utama dan produk sampingan.
Contoh: Pabrik penyulingan minyak mentah (crude oil) menghasikan minyak siap dikonsumsi berupa minyak gasolin, karosine, minyak diesel (solar), minyak bakar, minyak tanah, dll.

b. Produk Sampingan (by-product)
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama.
Contoh: pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk utama, sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk sampingan.

c. Produk sekutu (coproduct)
Produk sekutu dapat didefinisikn sebagaibeberapa macam produk yang dihasilkan  dalam waktu yang sama, tetapi tidak berasal dari proses pengolahan yang sama atau tidak dari bahan baku yang sama.
Contoh : Pabrik penggergajian dapat menghasilkan papan kayu dan kayu lapis dari berbagai jenis kayu log (kayu gelonggongan) yang diproses sehingga macam produk yang dihasilkan dapat berupa papan kayu jati, kayu meranti, kayu kanfer, begitu pula dapat dihasilkan kayu lapis jati,meranti atau kanfer.

Sifat Produk Bersama, Produk Sampingan Dan Produk Sekutu
Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
2) Dengan mengolah produk bersama, produsen tidak dapat menghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi salah satu diantara prduk bersama tersebut.
3) Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya.
4) Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi. Apabila terjadi peningkatan kualitas untuk satu unit jenis produk yang dihasilkan, maka kualitas yang lain akan bertambah secara proporsional.
5) Dalam produk bersama dikenal istilah Split-Off Point adalah saat dimana produk-produk tersebut dapat diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk secara individual.
6) Setelah Split-Off Point (titik pisah) tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat juga dijual setelah pisah (setelah proses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk memproses produk lebih lanjut disebut biaya proses lanjutan atau biaya setelah titik pisah (severable cost)
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama.
a) Produksi sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b) Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.

B. AKUNTANSI PRODUK BERSAMA
Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi masing-masing produk pada pendapatan perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing produk sebagai dasar perhitungan harga pokok setiap produk.
Alokasi Biaya merupakan pembebanan biaya secara proposional dari biaya tidak langsung atau biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk, oleh karena itu untuk memudahkan dalam perhitungan diperlukan alokasi biaya.
Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:
1) Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan internal dan eksternal.
2) Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3) Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
4) Biaya bahan yang hancur.
5) Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
6) Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan peraturan harga.
7) Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total pendapatan perusahaan.
8) Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk bersama
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.
a) Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk lain. Jadi dalam metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1. Metode nilai pasar saat split-off point, Metode ini digunakan ketika setelah split-off  point tidak ada proses produksi lanjutan dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke masing-masing produk sesuai dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.
Contoh : PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk tertera pada table berikut:
Produk Jumlah unit Harga unit
Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300

Penyelesaian :
Produk Jumlah unit Harga unit Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
2. Metode nilai jual hipotesis, Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak dapat diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual tidak dapat dikethui sebelum dijual (setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.
Contoh :Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar, diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:
Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma
Unit Produksi 5.000 10.000 7.000
Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses lanjutan/unit Rp400 Rp300 Rp500

Produk bersama Hrg jual/ kg Biaya Tmbhan Nilai jualHipotesis* Jmlh Prduk Nilai jual Rasio Alokasi** (20.000.000) HPP /kg
Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06% 4.412.000 882,4
Beta 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76% 7.352.000 735,2
Gamma 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18% 8.236.000 1.176,6
13.600.000 100% 20.000.000
*(Harga jual – biaya tambahan)
**(rasio x 20.000.000)

b) Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua produk yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima bagian yang sebanding dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
Contoh :Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000 liter produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp 2.000.000/1000)
Produk Kuantitas Rata-rata biaya per satuan Alokasi biaya bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak Tanah 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000

c) Metode rata-rata tertimbang
Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat memberika solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena tidak mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk. Sehingga mucullah metode yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama. Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
Contoh : Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut :
Produk Jumlah produk Angka penimbang Jumlah produk x angka penimbang Alokasi biaya bersama (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak tanah 300 3 900 Rp620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

d) Metode unit kuantitatif / satuan fisik
Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh : Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000 :

Produk Kuantitas (pon) Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

C.    Perhitungan Harga Pokok Produk Sampingan
Setelah mempelajari konsep dan cara perhitungan harga pokok produk gabungan, maka tidak lengkap jika tidak membahas harga pokok produk sampingan. Hal ini dapat dimengerti karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak diperhitungkan, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan prduk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya prduksi produk utama. Dalam rangka perhitunSgan biaya persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri dapat dibebankan ke produk sampingan.
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah. Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:
1. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-off point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan returnya, dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba. Rekening pendapatan penjualan produk sampingan dicantumkan dalam laporan Laba-Rugi pada kelompok penghasilan di luar usaha (other income).
Metode ini tidak mencoba untuk menentukan harga pokok sampingan. Metode ini cocok bila digunakan pada perusahaan yang:
Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan harga pokok produk sampingan pada produk utama tidak mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok produk utama.
Terdapat beberapa kekurangan pada metode pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha, yaitu:
Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan pokok sampingan, maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan. Pada umumnya persediaan akhir produk sampingan tidak diadakan penilaian sehingga mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama lebih besar.
Dapat mengakibatkan perbandingan pendapatan dan biaya yang kurang tepat karena perbedaan periode akuntansi. Pada saat produk sampingan selesai diproduksi tidak ada pencatatan jurnal, pencatatan dilakukan ketika produk dijual. Apabila produksi dan penjualannya tidak dalam satu periode maka perhitungan pendapatan dan biaya menjadi kurang tepat.
Tidak adanya pengawasan dari terhadap persediaaan produk sampingan mengakibatkan rawan terjadi penggelapan.
Dapat mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.
Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:
Unit Produksi Produk Utama 16.200 unit
Unit Penjualan Produk Utama 13.500 unit
Unit Persediaan Awal Produk Utama     500 unit
Harga Jual per Unit Rp750
Biaya produksi/unit produk utama Rp500
Hasil Penjualan Produk Sampingan (2.000xRp300) Rp600.000
Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama Rp2.925.000

Laporan laba-rugi sebagai berikut:
Penjualan produk utama                                                                 Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500xRp 500)                     Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500)        Rp   8.100.000 +
Tersedia dijual                                                                      Rp   8.350.000
Persediaan akhir          (3.200 x Rp 500)                               Rp   1.600.000  -
                                                                                                            Rp  6.750.000-
Laba Kotor                                                                                  Rp  3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi                                     Rp  2.925.000-
Laba operasi                                                                              Rp     450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan                                 Rp   600.000+
Laba sebelum pajak                                                                 Rp 1.050.000
Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-lain sehingga akan menambah laba operasi secara langsung.

b. Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan penjualan produk utama.
Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama seperti dalam metode pertama.
Dengan menggunakan data perusahaan “ABC”, maka laporan laba-rugi menggunakan metode ini akan tampak sebagai berikut:
Penjualan                                                                          Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan                                 Rp   600.000+
Penjualan bersih                                                                                  Rp 10.725.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500xRp 500)                     Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500)        Rp   8.100.000 +
Tersedia dijual                                                   Rp   8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500)                 Rp    1.600.000 -
                                                                                                      Rp  6.750.000-
Laba Kotor                                                                                Rp   3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi                                               Rp 2.925.000-
Laba operasi                                                                            Rp   1.050.000

Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk sampingan sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total pendapatan menjadi Rp  10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.

c)     Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang harga pokok penjualan.
Dari data perusahaan “ABC”, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode in maka akan menjadi:
Penjualan                                                                                  Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500xRp 500)                      Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500)        Rp   8.100.000 +
                 Tersedia dijual                                              Rp   8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500)                Rp   1.600.000  -
Harga pokok penjualan                                               Rp   6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan         Rp      600.000 -
                                                                                         Rp   6.150.000  -
Laba Kotor                                                                      Rp   3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi                         Rp   2.925.000  -
Laba operasi                                                                  Rp   1.050.000
Dalam kasus ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada harga pokok penjualan sehingga HPP menjadi Rp6.150.000 (HPP sebelum dikurangkan sebesar Rp 6.750.000).
d)     Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang total biaya produksi.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada total biaya produksi sebesar Rp 8.100.000 sehingga menghasilkan biaya produksi netto sebesar Rp7.500.000. Pegurangan ini menyebabkan biaya per unit rata-rata menjadi Rp464,07 (7.500.000+250.000 : 16.700) Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp 1.600.000,00 menjadi Rp1.485.024,00
Laporan laba rugi akan tampak sebagai berikut :
Penjualan                                                                                  Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500x500)                            Rp      250.000        
Total biaya produksi (16.200 x 500)   Rp   8.100.000
Pendapatan penjualan PS                Rp      600.000-
                                                                               Rp  7.500.000+
Tersedia dijual                                                     Rp  7.750.000
Persediaan akhir          (3.200 x 464,07)                     Rp  1.485.024  -
                                                                                         Rp   6.264.976  -
Laba Kotor                                                                      Rp   3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi                         Rp   2.925.000  -
Laba operasi                                                                  Rp     935.024

2. Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama atau pengakuan atas pendapatan bersih.
Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke produksi sampingan. Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke produk sampingan. Biaya pemrosesan dan pemasaran produk sampingan setelah pemisahan dicatat dalam perkiraan yang berbeda dengan produk utama. Angka-angka yang ada tetap akan diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan metode yang ada pada metode pertama.

Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah pemisahan (proses lanjutan) terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban pemasaran dan administrasi juga dialokasikan kedalam produk sampingan sesuai tarif yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung,yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan                       Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan   Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi                Rp xxxxxx +
                                                                                       Rp xxxxxx  +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan                   Rp xxxxxx

Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode pertama, yaitu:
1.   Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2.   Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3.   Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4.   Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

b.     Metode-Metode Harga Pokok (Cost Methods)
Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut. Ada dua metode yang berdasarkan dpada metode harga pokok, yaitu:
1.     Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk sampingannya digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok luar. Harga pokok yang diperhitungkan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga mengurangi biaya produksi produk utama. Pengurangan biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama menjadi lebih rendah.
Contoh:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 10.000kg produk utama 700.000
Pendapatan penjualan (9000 x 120) 1.080.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam pengolahan produk utama 50.000
Biaya pemasaran dan administrasi&umum 100.000
Persediaan akhir produk 1000kg

Laporan laba rugi :

Pendapatan penjualan produk utama                                         Rp 1.080.000
HPP:
Biaya produksi                                                         Rp    700.000
Dikurangi: biaya pengganti produk smpingan   Rp      50.000 -
                                                                                    Rp    650.000
Dikurangi: Persediaan akhir (1000kg x Rp65)*  Rp      65.000-
                                                                                                            Rp    585.000-
Laba bruto                                                                                         Rp    495.000
Biaya pemasaran dan admnstrasi&umum                                              Rp   100.000-
Laba bersih sebelum PPh                                                             Rp   395.000

*Rp650.000 : 10.000kg = Rp65
                                 
2.     Metode pasar
Metode pasar juga disebut dengan metode pembatalan biaya (reversal cost methods). Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode tanpa harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi. Tetapi ada seedikit perbedaan yaitu kalau pada metode pertama (metode tanpa harga pokok-pendapatan produk sampingan mengurangi biaya produksi) yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan sesungguhnya produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar yang dikurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini berusaha untuk menaksir biaya produk sampingan berdasarkan nilai pasarnya.
Contoh :
Misalkan diketahui perusahaan XYZ memproduksi produk utama sebanyak 900 buah dan produk sampingan sebanyak 100 buah. Produk sampingan jika dijual akan laku sebesar Rp 500/buah. Biaya bersama yang dikeluarkan sebanyak Rp1.600.000. hitunglah harga pokok produk utama dan produk sampingan!

Penyelesaian :
Keterangan Produk
Utama Produk                 Sampingan

Sabtu, 28 Maret 2020

Ritual shalat

MAKALAH
Ritual Sholat
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam III (PAI III)











DOSEN PENGAMPU
Erna Ningsih, M. PdI
DISUSUN OLEH
Kelompok 5 :
1. Fira alfia 18042078
2. M. Risky hidayatullah 18042094
3. Silviana indar pramesti     18042061


PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2020
KATA PENGANTAR

بِسْمِ الله الًّرحْمَنِ الًّرحِيْمِ
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengentahuan sehingga makalah yang berjudul “ ritual sholat ” ini bisa selesai pada waktunya.
Terima Kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang paling membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Akhirul kalam waallahumuwafiq ila aqwamithoriq, sumasalamualaikum wr wb.


Lamongan, 10 Maret  2020



Penulis


Kelompok 5







DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sholat 3
2.2 Jumlah rekaat sholat tarawih 4
2.3 Sholat jum’at 5
2.4 Beberapa amalan sholat jum’at 6

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
Daftar Pustaka 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sholat merupakan salah satu tiang agama Islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk ditinggalkan. Baik shalat fardlu maupun shalat sunnat. Salah satu Hadist Riwayat Tirmidzi “Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke masjid, maka saksikanlah untuk nya dengan iman.”
Pada bulan ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh, Nabi SAW menganjurkan untuk memperbanyak ibadah. Salah satunya yakni melaksanakan shalat tarawih. Dalam pelaksanaan nya, ada perbedaan dalam jumlah raka’atnya, Dalam shalat tarawih ini, rasul hanya memberikan contoh tuntunan dan tidak memberikan batasan dalam jumlah rakaatnya. Lalu manakah yang lebih utama dan sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Hal tersebut tentunya memjadikan perdebatan di indonesia.
Selanjutnya juga membahas tentang shalat jum’at, yang dikerjakan di hari jum’at pada waktu dhuhur. Dua rekaat secara berjama’ah dan dilaksanakan setelah dua khotbah. Perintah shalat jum’at disampaikan secara lansung didalam Al-qur’an surat Al-jumuah: 9-10, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “ hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum’at, maka bersegralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebarlah kamu dimuka bumi: dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Didalam makalah ini mengupas tuntas amalan-amalan pada hari jum’at maupun amalan pada waktu sholat sampai selesai sholat jum’at, begitu banyak amalan yang sunnah untuk dikerjakan di hari jum’at mubarrok, baik sunnah secara umum untuk perempuan maupun khusus bagi laki-laki yang hendak melaksanakan sholat jum’at.








1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan shalat?
2. Berapa jumlah rekaat shalat tarawih?
3. Pengertian shalat jum’at?
4. Apa saja amalan dalam shalat jum’at?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami apa itu shalat.
2. Mengetahui jumlah rekaat shalat tarawih.
3. Memahami shalat jum’at.
4. Mengetahui amalan-amalan dalam shalat jum’at.





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat
Secara etimologis istilah shalat ialah rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Disebut demikian karena mencakup arti shalat secara bahasa, yaitu “ do’a “. Shalat hukumnya fardhu ain. Ada lima waktu shalat dalam sehari semalam, (yaitu isya’, susbuh, luhur, asar, magrib).
 Seseorang yang melakukan shalat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, maka shalatnya tidak diterima. Syarat-syarat sholat diantaranya ialah: beragama islam, sudah baligh dan berakal, suci dari hadas atau najis, suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat, menutup aurat, telah masuk waktu yang ditentukan untuk masing-masing sholat, dan menghadap kiblat “.
Rukun-rukun shalat terdiri dari: niat , takbiratul ikhram, berdiri tegak bagi yang kuasa, membaca surat al-fatihah pada tiap-tiap raka’at, ruku’ dengan thuma’ninah, i’tidal dengan thuma’ninah, sujud dua kali dengan thuma’ninah, duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah,duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir, membaca salam yang pertama, dan tertib. Dan hal-hal yang membatalkan shalat yaitu bila salah satu syarat rukunnya tidak dikerjakan, berhadas, terbukanya aurat, mengubah niat, tertawa terbahak-bahak, membelakangi kiblat, mendahului imam dua rukun.
Dalil yang mewajibkan shalat dalam surat Al-Ankabut,
.وَٱلْمُنكَرِ    ٱلْفَحْشَآءِ   عَنِ تَنْهَىٰ   ٱلصَّلَوٰةَ  إِنَّ   ٱلصَّلَوٰةَ  وَأَقِمِ
Artinya : “kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang jahat (keji) dan munkar.” (surat Al-Ankabut, ayat 45).
Selain sholat fardlu’ yang wajib dilaksanakan, ada juga sholat yang disunnatkan. Antara lain: shalat sunnah wudlu’, shalat tarawih, shalat witir, shalat ‘Id, shalat rawatib, shalat dhuha, shalat sunnat tasbih, shalat sunnat taubah, shalat sunnat hajat, shalat sunnat mutlaq, shalat sunnat awwabin, shalat tahiyatul masjid, shalat istikhara, shalat tahajjud, shalat istisqa’, shalat dua gerhana.
2. 2 Jumlah rekaat sholat tarawih
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmat dan maghfiroh. Nabi SAW menganjurkan untuk memperbanyak ibadah. Salah satunya shalat sunnah tarawih, dalam pelaksanaannya, ada perbedaan jumlah rekaat shalat tarawih, di Indonesia, setidaknya ada dua kubu soal tarawih ini: kalangan yang shalat tarawih 8 rakaat, dan kalangan yang tarawih 20 rakaat. Tentu hal ini mudah kita dapati. Mulanya pemahaman akan adanya shalat tarawih di bulan Ramadhan ini adalah bentuk riil dari hadits Nabi:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
  “Barangsiapa bangun (shalat malam) di bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Diriwayatkan dari Siti ‘aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW shalat di masjid, lalu banyak yang orang yang shalat bersama beliau. Demikian pada malam berikutnya, beliau shalat dan bertambah banyak orang (yang mengikuti beliau). Pada malam ketiga dan keempat, ornag-orang berkumpul menunggu beliau, tapi Rasulullah SAW tidak keluar (lagi ke masjid). Ketika pagi-pagi, beliau bersabda, “sungguh aku lihat apa yang kalian perbuat (tadi malam). Tapi, aku tidak keluar karena aku takut kalau sholat itu diwajibkan pada kalian”. Siti ‘Aisyah berkata bahwa hal itu terjadi pada bulan Ramadhan”.  (Shahih al-Bukhari [1061])
Hadist ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang pernah melaksanakan shalat tarawih. Mengenai raka’at belum dijelaskan secara rinci. Ada suatu riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi SAW mengerjakan shalattarawih di masjid 8 rekaat, lalu beliau menambah bilangan raka’at itu di rumahnya dengan 12 raka’at.
Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa’ mengatakan : “dari Yazid bin Khushaifah, “orang-orang (kaum muslimin) pada masa umar melakukan shalat tarawih di bulan ramadhan 23 raka’at. (Al-Muwaththa’, juz 1, hal 115)
Dalam sunan Tirmidzi disebutkan: “mayoritas ahli ilmu mengikuti apa yang diriwayatkan oleh sayyidina ‘Umar, ‘Ali dan sahabat-sahabat Nabi SAW tentang shalat tarawih dua puluh rakaat. Ini juga merupakan pendapat al-Tsauri, Ibn al-Mubarak, dan Imam Syafi’i, Imam Syafi’i berkata, “inilah yang aku jumpai di negara kami Makkah. Mereka semua (penduduk Mekkah) shalat tarawih sebanyak dua puluh raka’at”. (Sunan al-Tirmidzi, [734]).
Para ulama memilih pendapat 20 rakaat ditambah 3 raka’at untuk shalat witir, memilih berdasarkan sisi keutamaannya dan mengamalkan hadist Nabi muhammad SAW, KH. Bisry Musthofa menyatakan bahwa secara esensial melaksanakan shalat tarawih mengikuti  jejak sahabat Umar RA. (Risalah ijtihad dan Taqlid, 15). Adapun hadist yang dimaksut adalah :
  .وَعُمَرَ بَكْرٍ أَبِي بَعْدِي مِنْ بِاللَّذَيْنِ اقْتَدُوا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهِ لُرَسُوقَالَ ,قَالَ حُذَيْفَةَ عَنْ

“dari Hudzaifah RA,ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “ikutilah dua orang setelah aku, yakni Abu Bakar RA dan Umar RA”. (Sunan al-Tirmidzi, 3595)


2.3 Sholat Jum’at
Shalat jum’at diwajibkan bagi semua orang mukallaf , yakni yang balig, berakal, dan laki-laki merdeka (dengan syarat) bertempat tinggal di tempat didirikannya shalat jum’at, tidak suka berpindah tempat pada musim hujan atau kemarau kecuali untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya berdagang dan ziarah. Tidak wajib shalat jum’at bagi wanita, banci dan hamba sahaya.
 Sholat jum’at itu fardu ‘ain bila syarat-syaratnya terkumpul, sebagaimana firman Allah dalam  QS : 62 (Al Jum'ah) ayat 9 :      
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلاَةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ.
" Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui"  
1. Syarat sahnya shalat jum’at
a. Dilaksanakan secara berjamaah
Dengan niat menjadi imam (bagi imam) dan bermakmum (bagi makmum) yang disertakan ketika takbiratul ihram. (berjamaah) disyaratkan pada rekaat pertama (pada rekaat kedua boleh mufaraqah). Tidak sah shalat jum’at dengan bilangan (40 orang), tetapi dikerjakan secara munfarid (sendiri-sendiri). Pada rekaat kedua tidak disyaratkan berjamaah.
b. Dilaksanakan oleh empat puluh orang
Dilaksanakan oleh empat puluh orang yang terdiri atas orang-orang yang dianggap sah shalat jum’atnya, walaupun ada yang sakit. Imam termasuk ke dalam bilangan empat puluh orang itu.  
c. Diselenggarakan di tempat yang termasuk daerah
Ditempat yang termasuk daerah perkampungan yang terdiri atas beberapa rumah penduduk yang mengelompok, baik disebut negara, kota ataupun desa.
d. Dikerjakan pada waktu dhuhur
Dikerjakan pada waktu dhuhur, apabia waktu tidak memungkinkan untuk mengerjakannya beserta dua khotbahnya, atau meragukan waktu yang tidak memungkinkan itu, maka kerjakan shalat dhuhur saja.
e. Shalat jum’at didirikan sesudah khotbah dua kali dan sesudah tergelincir matahari
shalat jum’at itu didirikan sesudah khotbah dua kali dan sesudah tergelincir matahari. Sebagaimana dinyatakan dalam hadist shahi bukhari dan muslim. Bahwa nabi SAW. Tidak shalat jum’at kecuali sesudah dua kali khotbah.
2. Hukum khotbah jum’at
a. Membaca “Alhamdulilla” dalam khotbah itu.
b. Membaca sholawat Nabi Muhammad SAW, dalam dua khotbah.
c. Berwasiat dengan “taqwa” kepada Allah dalam dua khotbah.
d. Membaca ayat Al-Qur’an dalam satu khotbah.
e. Memohon maghfirah (ampunan) bagi sekalian mu’minin pada khotbah yang kedua.

3. Syarat-syarat khotbah jum’at
a. Isi rukun khotbah dapat didengar oleh jama’ah
b. Antara khotbah yang pertama dan yang kedua dikerjakan berturut-turut.
c. Menutup auratnya
Badan, tempat dan pakaian harus suci dari hadas dan najis.

2.4 Amalan-amalan Sholat Jum’at
Sunnah-sunnah ibadah yang Nabi tuntunkan untuk dikerjakan di hari Jum’at sangatlah banyak. Baik sunnah sacara umum untuk perempuan maupun terkait khusus bagi laki-laki yang hendak melaksanakan sholat jum’at.   Antara lain:
a. Amalan sebelum berangkat sholat jum’at:
1. Mandi jum’at
  Diantara hadist yang menyebutkan dianjurkannya mandi pada hari jum’at adalah hadist dari abu hurairah, rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at, maka ia mandi seperti mandi janabah...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagian ulama ada yang mewajibkan mandi jum’at dalam rangka kehati-hatian berdasarkan hadist dari abu sa’id al khudri, nabi SAW bersabda, “ Mandi pada hari jum’at adalah wajib bagi setiap orang yang telah baligh.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Potong kuku
3. Mencukur
4. Memakai pakaian terbaik dan mengunakan minyak wangi
Mengenakan pakaian terbaik Nabi SAW bersabda, “wajib bagi kalian membeli 2 buah pakaian untuk shalat jum’at, kecuali pakaian untuk bekerja” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al Albani). Di dalam hadist ini nabi mendorong umatnya agar memneli pakaian khusus untuk digunakan shalat jum’at.
5. Menyegerakan pergi ke masjid dengan penuh ketenangan
Menyegerakan berangkat ke masjid dan duduk di shof pertama. Anas bin Malik berkata, “kami berpagi-pagi menuju shalat jum’at dan tidur siang setelah shalat jum’at” (HR. Bukhari).
6. Tahiyatul masjid / qobliyah jum’at
7. Menyimak khotbah sampai selesai
b. Amalan setelah sholat jum’at:
1. Ba’diyah jum’at
2. Memperbanyak sholawat, dzikir dan do’a.
3. Bersedekah

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara etimologis istilah shalat ialah rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Disebut demikian karena mencakup arti shalat secara bahasa, yaitu“do’a“. Ibadah sholat berhadap hati kepada Allah, yang diwajibkan atas tiap-tiap orang islam, baik laki-laki maupun perempuan. Hendaklah perintah sholat ini ditanamkan ke dalam hati dan jiwa anak-anak dengan menggunakan pendidikan yang cermat, serta dilakukan sejak anak-anak masih kecil.
Pada bulan ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh,  perbanyaklah beribadah pada bulan itu dengan dilandasi iman dan penuh keikhlasan maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu. Diantaranya yakni berpuasa, perbanyak sedekah, sholat tarawih pada malam harinya, serta tadarus dan amalan-amalan lainnya. Nabi SAW menganjurkan untuk memperbanyak ibadah kepada umatnya dengan melihat kondisi dan kemampuan.
Para ulama sepakat bahwa shalat jum’at itu merupakan farhu ain. Shalat jum’at wajib bagi semua orang islam yang telah baligh, berakal, dan muqim, kecuali ada udzur untuk meninggalkan. Siapa saja yang meninggalkannya tanpa ada alasan yang dibenarkan, maka ia berhak mendapatkan siksa.
Amalan sunnah ibadah yang Nabi tuntunkan untuk dikerjakan di hari Jum’at sangatlah banyak. Antara lain membaca surat Al-kahfi, surat Yaasiin, memperbanyak shalawat, bersedekah, mandi, bersiwak, memakai wangi-wangian, sholat sunnah ketika sampai masjid, berangkat menghadiri sholat jum’at lebih awal, dan masih banyak lagi amalan sunnah di hari jum’at mubarrok.
3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari kapasitas materinya yang kurang ataupun dari segi bahasanya. Maka dari itu untuk perbaikan makalah-makalah yang selanjutnya, mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan instropeksi kami dalam penyusunan sebuah makalah.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Fannani Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Terjemahan Fat-Hul Mu’in,   Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2012
Mahali Ahmad Mudjab, hadis-hadis ahkam riwayat asy-syafi’i thaharah dan sholat, jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2003
Samsuri, Penuntun Shalat Lengkap dengan Kumpulan Do’a-Do’a, Surabaya, Apollo, 2012

Senin, 23 Maret 2020

Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendaliam

MAKALAH
“ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN”



DOSEN PENGAMPU: ARIEFAH SUNDARI, S.KOM, MM
NAMA KELOMPOK 3:
1. SILVIANA INDAR PRAMESTI (18042061)
2. RINTA FEBI ANA (18042075)
3. TAUFIQUR RAHMAN (18042084)
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
PRODI MANAJEMEN

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Manajemen tentang “Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dariberbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kamimenyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalampembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranganbaik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapatmemeperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ Anggaran sebagai Perencanaan dan Pengendalian” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.



Lamongan, 08 maret 2020

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anggaran 2
B. Karakteristik Anggaran 3
C. Tujuan Anggaran 3
D. Manfaat Anggaran 4
E. Hubungan Anggaran Dengan Perencanaan 5
F. Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan 5
G. Hubungan Anggaran dengan Pengendalian 7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 9
Saran 9
Daftar Pustaka..........................................................................................................................10




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu perusahaan atau organisasi yang didirikan pastilah memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai dengan cara yang efektif dan efisien. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan kerja yang baik. Dari perencanaan dan kegiatan yang baik diharapkan mampu membantu dan mempermudah organisasi dalam mencapa  tujuannya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu setiap organisasi diharapkan menyusun anggaran, karena penganggaran itu penting untuk membuat perencanaan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Pengendalaian dan perencanaan harus disusun secara teliti,penuh pertimbangan dan serta disesuakaan dengan kondisi perkembangan yang terjadi saat ini.
Perlunya anggaran bagi manajemen adalah dapat menjabarkan perencanaan, pengawasan, pengendlian, koordinasi dan sebagai pendomankerja secara sistematis, juga digunakan untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi dan terpenting untuk meningkatkan tanggung jawab dari masing-masing karyawan atas pekerjaan yang menjadi kewajibannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Anggaran?
2. Apa tujuan dan manfaat Anggaran?
3. Apa hubungan Anggaran dengan perencanaan dan pengendalian?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Anggaran
2. Menjelaskan tentang Tujuan dan Manfaat Anggaran
3. Menjelaskan hubungan Anggaran dengan perencanaan dan pengendalian













BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan pengembangan dari suatu rencana jangka pendek yang mencakup perbandingan kinerja aktual untuk melakukan tindakan korektif guna mencapai sasaran rencana. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat diketahui betapa pentingnya peranan anggaran dalam melaksanakan fungsinya sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Aspek perencanaan dan pengendalian merupakan dua fungsi utama manajerial di dalam dunia bisnis. Perencanaan mencakup kegiatan menetapkan tujuan, menyusun kerangka dasar pikiran, memilih kegiatan untuk mencapai tujuan, dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menerjemahkan rencana menjadi tindakan-tindakan, sedangkan pengendalian menyajikan penetapan sasaran-sasaran dan standar sebagai pembanding antara prestasi yang telah dicapai dengan sasaran dan standar yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan perbaikan untuk itu sebelum menjalankan aktivitas operasinya.
Sebagai suatu rencana, anggaran tersusun dari program kerja yang dipadukan dengan asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu serta halhal relevan lainnya sehingga berguna dalam tahap penilaian sebagai tolok ukur pelaksanaan rencana organisasi. Anggaran juga didefinisikan sebagai suaturencana tindakan yang disusun sistematis dan dinyatakan secara kuantitatif mengenai apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi pada masa mendatang.
Dharmanegara (2010:2), mengemukakan bahwa “Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”. Dari definisi tersebut, ada empat unsur yang sangat penting dalam suatu anggaran yaitu rencana, meliputi seluruh kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit moneter, dan jangka waktu tertentu yang akan datang.
1. Rencana, yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.
2. Kegiatan perusahaan yaitu mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan yaitu kegiatan pemasaran (marketing), kegiatan produksi (producing), kegiatan pembelanjaan (financing), kegiatan administrasi (administrating) serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah-masalah personalia (personnel). Anggaran nantinya akan dijadikan sebagai pedoman kerja, maka anggaran harus mencakup seluruh kegiatan perusahaan.
3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam.
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa anggaran perusahaan disusun untuk dipergunakan dalam jangka waktu tertentu. Hal Ini berarti bahwa apa yang dimuat didalam anggaran adalah taksiran-taksiran (forecast) tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang.
B. Karakteristik Anggaran
Menurut Rudianto (2009:4), anggaran merupakan alat yang utama dalam perencanaan jangka pendek yang efektif dan pengendalian dalam organisasi dan anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit perusahaan
2. Anggaran dinyatakan dalam satuan moneter
3. Anggaran meliputi periode selama satu tahun,
4. Anggaran merupakan komitmen manajemen,
5. Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari penyusun anggaran
6. Anggaran yang telah disusun hanya dapat diubah jika terjadi kondisi
Khusus.
7. Secara periodik dilakukan analisis selisih antara anggaran dengan
sesungguhnya dan dijelaskan.
C. Tujuan Anggaran
Tujuan penyusunan anggaran menurut Nafarin (2010:19), antara lain adalah sebagai berikut :
1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan
investasi dana.
2. Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana,
sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang
maksimal.
5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran
menjadi lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang
berkaitan dengan keuangan
D. Manfaat Anggaran
Menurut Adisaputro (2010:309) perencanaan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1. Perencanaan sebagai pengarah untuk meraih atau mendapatkan sesuatu
secara lebih terkoordinasi.
2. Perencanaan meminimalisasi ketidakpastian, karena pada dasarnya di
dunia ini tidak ada yang tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa ketidakpastian bagi organisasi atau perusahaan.
3. Perencanaan meminimalisasi pemborosan sumber daya, setiap organisasi
atau perusahaan pasti membutuhkan sumber daya. Dengan adanya
perencanaan sebuah organisasi atau perusahaan diawal sudah melakukan
perencanaan melalui penggunaan sumber daya. Sehingga diharapkan tidak
terjadi pemborosan dalam hal penggunaan sumber daya yang ada sehingga
organisasi tersebut, bisa meningkatkan tingkat efisiensinya.
4. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas
Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar dalam pengawasan
kualitas yang harus dicapai oleh organisasi dan diawasi pelaksanaannya,
dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, perusahaan
menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pengawasan, perusahaan berusaha membandingkan antara tujuan
yang telah ditetapkan dengan realita di lapangan, dan mengevaluasi
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga bisa
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja
perusahaan.
E. Hubungan Anggaran Dengan Perencanaan
Setiap organisasi harus membuat suatu perencanaan yang merupakan proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai dalam jangka pendek ataupun jangka panjang yang dipakai sebagai dasar dalam mengendalikan aktivitas atau kegiatan operasinya. Menurut Usman (20011:60) “perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu”. Proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek maupun jangka
panjang, adalah komponen yang paling penting dari keseluruhan sistem.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum perusahaan melakukan operasinya, pimpinan dari organisasi tersebut harus lebih dahulu merumuskan kegiatan - kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan - kegiatan tersebut, serta bagaimana melaksanakannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat
terlaksana dengan baik.
Ada dua jenis utama perencanaan yang dapat diidentifikasikan yaitu perencanaan strategis dan perencanaan taktis atau operasional.
1. Perencanaan strategis
Perencanaan ini difokuskan pada tujuan perusahaan dan secara keseluruhan, mempengaruhi seluruh fungsi manajemen, melibatkan konsekuensi yang menyeluruh dan jangka panjang.
2. Perencanaan taktis atau operasional
Perencanaan merumuskan tujuan perusahaan untuk mengembangkan program, kebijakan, kinerja yang diharapkan, melibatkan waktu jangka pendek hingga menengah, difokuskan pada tingkatan yang telah diberi wewenang dan tanggungjawab menyediakan informasi anggaran untuk laporan prestasi kerja.
F. Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan pada waktu menyusun program kerja yang disusun berdasarkan asumsi perencanaan. Anggaran yang telah disusun menjadi pedoman kerja atau standar bagi perusahaan. Apabila terjadi penyimpangan haruslah diselidiki penyebab penyimpangan tersebut dan segera dilakukan tindakan koreksi atas penyimpangan tersebut.
Adapun fungsi anggaran sebagai alat perencanaan antara lain adalah :
1. Mendasarkan kegiatan pada penyelidikan studi dan penelitian
Mungkin penganggaran bermanfaat untuk membantu manajemen meneliti dan mempelajari masalah yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kata lain sebelum merencanakan kegiatan manajer mengadakan kegiatan dan pengamatan terlebih dahulu. Kebiasaan membuat rencana akan menguntungkan semua kegiatan.
2. Mengerahkan seluruh tenaga dalam organisasi
Anggaran yang disusun untuk waktu panjang dan jadwal yang teratur,
akan sangat membantu dalam mengerahkan secara tepat tenaga-tenaga
kepala bagian dan semua tenaga operasional untuk menentukan arah atau
kegiatan yang paling menguntungkan.
3. Membantu atau menunjang kebijakan organisasi
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan yang berarti menentukan atau memilih alternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternatif yang ada. Manajer perlu mengambil kebijakan yang tepat untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Membantu atau menunjang kebijakan organisasi
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan yang berarti menentukan atau memilih alternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternatif yang ada. Manajer perlu mengambil kebijakan yang tepat untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Menentukan tujuan-tujuan organisasi
Manajemen yang dapat menentukan tujuannya secara jelas dan logis (dapat dilaksanakan) adalah manajemen yang akan berhasil. Anggaran dapat membantu manajemen dalam memilih mana tujuan yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak.
6. Setiap perusahaan harus membuat suatu perencanaan yang merupakan proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai dalam jangka pendek ataupun jangka panjang yang dipakai sebagai  dasar dalam mengendalikan aktivitas operasinya.
7. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia
Seorang pemimpin yang baik tidak akan pernah mengabaikan atau tidak memperdulikan kesejahteraan pegawainya. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja yang baik akan menghindari terjadinya kelebihan dan kekurangan tenaga kerja.
8. Membantu pemakaian alat-alat fisik secara efektif
Dengan disusunnya perencanaan yang terperinci, dapat dihindari
timbulnya biaya-biaya karena kapasitas yang berlebih.
G. Hubungan Anggaran dengan Pengendalian
Pengendalian  adalah suatu proses dimana manajemen menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya dengan efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian
Pengendalian manajemen sebagai suatu sistem terdiri dari:
1. Struktur pengendalian manajemen
Adalah unsur-unsur yang membentuk sistem pengendalian  manajemen yang terdiri dari atas pusat-pusat pertanggung jawaban dan ukuran prestasi.
2. Proses pengendalian manajemen
Serangkaian kegiatan dalam pengendalian manajemen atau proses bekerjanya pengendalian manajemen yang terdiri dari:
a. Penyusunan program
b. Penyusunan anggaran
c. Pelaksanaan dan pengukuran
Pelaporan dan analisis
Menetapkan anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengendalian dalam perusahaan/organisasi. Untuk mengetahui apakah rencana
yang telah ditetapkan dijalankan dengan semestinya, maka diperlukan suatu pengendalian. Pengendalian didefinisikan sebagai proses menilai dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi suatu perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Dengan adanya pengendalian dapat dilihat seberapa jauh perencanaanyang telah dicapai dan seberapa banyak penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan yang terjadi akan dianalisis guna mengetahui tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk memperbaikinya yaitu dengan mengukur seberapa besar ketidaksesuaian dari tujuan ataupun target yang ingin dicapai.
Adisaputro (2011:5) mengemukakan pengendalian terbagi atas tiga macam yaitu:
1. Pengendalian awal (preliminary control)
Pengendalian yang dipergunakan sebelum kegiatan atau tindakan
dilaksanakan untuk menjamin bahwa perusahaan telah siap untuk
melaksanakan kegiatan.
2. Pengendalian berjalan (concurrent control)
Pengendalian terhadap aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin
bahwa tujuan dapat dicapai, dan kebijakan serta prosedur telah diterapkan
dengan benar selama operasi perusahaan berlangsung.
3. Pengendalian umpan balik (feedback control)
Pengendalian pasca operasi, memfokuskan pada hasil periode sebelumnya untuk mengendalikan aktivitas dimasa datang.



















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perencanaan  adalah pandangan kedepan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan tujuan tertentu. Sedangkan pengendalian adalah melihat kebelakang,menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkan dengan hasil yang direncanakan sebelumnya.
            Dalam organisasi dan perusahaan anggaran sangat dibutuhkan untuk sebagai alat untuk pengawasan dan pengendalian dan juga untuk esiensi dan efektifitas dana suatu organisasi. Anggran juga mempunyai beberrapa komponen dantaranya anggaran operational dan keuangan, dan masih terbagi beberapa komponen lagi, dan semuanya saling mempunyai keterkaitan satu sama lainnya,
Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini tentang “Penganggaran dan Perencanaan Pengendalian”, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya Pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan Judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan Saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan Penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini Berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.






DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. 2014.  Akuntansi manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-print-list.asp?ContentId=98
http://annalatifah.blogspot.co.id/2012/04/pendekatan-dan-penyusunan-anggaran.html
https://kelastambahan.wordpress.com/2010/04/26/pengertian-anggaran-pengaggaran- tujuan-anggaran-manfaat-dan-kelemahan-anggaran-fungsi-dan-macam- anggaran/
http://accounting-media.blogspot.co.id/2013/06/tahap-tahap-penyusunan- anggaran.html
http://denok-s-wien.blogspot.co.id/2015/11/anggaran-fleksibel-sebagai-alat.html

Menghormati Nabi

MAKALAH
“Menghormati Nabi”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam








DOSEN PENGAMPU :
Erna Ninngsih, M. PdI

DISUSUN OLEH
Kelompok 6 :
Yova Zumrotul Walida R (18042095)
Nila Kurnia Anggraeni (18042062)
Ramadhan Amirul M (18042079)

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengentahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima Kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Lamongan, 23  Maret 2020



Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW 2
2.2 Membaca Sholawat 4
2.3 Membaca Barzanji 5

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan  7
3.2 Saran      7
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membaca sholawat menjadi salah satu bukti cinta kita kepda Nabi Muhammad SAW. Kita wajib mencintaiNabi karena beliau telh membawa kita kejalan Allah SWT. Orang yang membaca sholawat pasti orang yang mencintai Nabi SAW.,tidak mungkin orang yang membencinya. Oleh sebab itu kita senantiasa di syarankan untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, kapanpun dan dimanapun.tentunya cara bersholawat harus dengan cara baik dan benar mengingat perjuangan Nabi SAW, sebagaimana beliau mengingat umatnya.
Dimasyarakat berkembang syair-syair untuk memuji Nabi Muhammad SAW, oleh sebab itu bahkan diadakan acara sholawat bersama tetapi kadang kala di lakukan berlebihan bahkan sambil di keraskan. Syair-syair tersebut kemudiaan berkembang bahkan di jadikan sebagai bacaan ceremony shalawat. Jadi shalawat seperti itu sesungguhnya bukan bagian dari ibadah tetapi hanya ceremony saja, bahkan serng di sebut kegitan kesenian saja
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksut Maulid Nabi Muhammad SAW
2. Bagaimana Cara Menghormati Keluarga Dan Sahabat Nabi Muhammad SAW
3. Bagaimana Cara Membaca Shalawat Barzanji
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW
2. Menjelaskan Bagaimana Menghormati Keluarga Dan Sahabat Nabi Muhammad SAW
3. Menjelaskan Bagaimna Membaca Sholawat Barzanji







BAB II
PEMBAHASAN
Setiap muslim diperntah oleh Allah SWT untuk menghormati, menggungkan, mencintai dan memuliakan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Tetapi disamping itu dalam menghormati Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk tidak berlebihan dalaam memuliakanya. Nabi Muhammad SAW bersabdah:
 






“ Janganlah kalian berlebi- lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang nasrani telah berlebihan menjuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah hamba maka katakanlah “ Abdullah Wa Rasullullah “( hamba Allah dan rasulnya ). (HR. Bukhari Dan Muslim).
Hadits ini melarang kaum muslimin untuk tidak berbuat ithra’ yaitu melewati batas- batas ketika memuji Nabi Muhammad saw. Contohnya kepada  orang- orang nasrani yang berlebihan memuji Isa putra Maryam, setelah Nabi Isa As wafat mereka membuat sebuah patung. Dari itu sikap yang belebihan kepada Nabi Isa As , sehingga Nabi Muhammad SAW menyuruh pengikutnya untuk mensifatinya “ abdullah wa rasulullah “( pertama sebagai hamba dan sebagai rasul). Dalam menghormati Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya ada berbagai cara diantaranya adalah :
2.1 Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Ketika memasuki bulan rabiul awal, umat islam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan berbagai cara seperti membaca sholawat, barzanji dan pengajian” yang mengisahkan sejarah Nabi Muhammad SAW. Lalu hukum merayakan maulid Nabi Muhammad SAW menurut imam jalaluddin al-suyuthi (849 H-911 H) menjawab bahwa perayaan maulid Nabi Muhammad SAW boleh dilakukan. Sebagai dituturkan dalam Al-Hawi Li Al-Fatawi:
 
 
 
 
 
 

 “ Ada sebuah perayaan tentang perayaan maulid Nabi Muhammad SAW pada bulan rabi’ul awal, bagaimana hukumnya menurut syara’. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala atau tidak ? beliau menjawab, “ jawabannya menurut saya bahwa asal perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-quran dan kisah” teladan Nabi Muhammad SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melaksanakannya diberi pahala  karena mengagungkan derajat Nabi Muhammad SAW , menampakan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi muhammad SAW yang mulia” (al-hawi li al-fatawi, jus 1, hal 251-252).

Jadi, hakikatnya perayaan maulid Nabi Muhammad SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atau terutusnya Nabi Muhammad SAW kedunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman , mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi Muhammad SAW untuk diteladani. Perayaan maulid Nabi sudah ada sejak lama dan telah dilakukan umat islam dan ajaran itu ditanamkan sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadist diriwayatkan :
 
 
“Diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari Ra, bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa senin. Maka beliau menjawab “ pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( shahih muslim(1977).

Paparan ini menyiratkan bahwa meryakan kelahiran maulid Nabi Muhammad SAW termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalahi perayaan maulid Nabi Muhammad SAW itu isinya adalah bacaan sholawat, baik barzanji atau diba’, sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainnya, yang merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh syariat islam. Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali dirayakan oleh seorang Raja Muzahaffar Abu Sa’id Al Kukburi Bin Zainuddin Ali Bin Buktikin yang sekarang menjadi kota iran, pada awal abad ke 7H. Beliu mengundang para ulama dalam ilmu fiqih, ulama hadits, ulama ilmu kalam, ulma unsul, para ulama fiqih dan masyarakat sekitar. Imam Jalaluddin Al-Suyuthi mengatakan:
 
 

“orang yang pertama kali mengadakan perayaan maulid Nabi SAW penguasa irbil, raja Muzhaffar Abu Sa’id Alkukburi Bin Zainuddin Ali Bin Buktikin salah seorang raja yang mulia, luhur dan pemurah…… beliau merayakan maulid Nabi Muhammad SAW yang muliah pada bulan rabi’ul awal dengan perayaan yang meriah” (Al-Hawi Li Al-Fatawi, Jus 1, Hal 252).
Dalam bidang fiqih beliau bermadzab Syafi’i, oleh sebab itu beliau termasuk golongan al-sunnah wal jama’ah, karena masih mengakui dan mengikuti salah satu madzhab yang 4.

2.2 Membaca Sholawat Kepada Keluarga, Dan Sahabatnya Nabi Muhammad SAW
Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, artinya memohon kepada Allah SWT agar memberikan kesejahteraan kepada hamba pilihannya. Allah SWT berfirman:
 
“ Berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman bagi jiwa mereka, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS. Al-Taubah,103)

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Isma’il Katsir mengatakan:
 
 
 
“Adapun firman Allah SWT artinya berdo’alah dan mohon ampunlah kamu untuk mereka sebagimana hadist yang diriwayatkan oleh imam muslim dalam kitab shahihnya dari Abdullah bin abi awfa’ dia berkata,”Nabi SAW jika diberi sedekah oleh suatu kaum, maka beliau membaca sholawat (berdo’a) untuk mereka. Lalu ayahku memberikan sedekahnya kepada beliau berdoa, ya Allah, berilah kesejahteraan kepada keluarga abi aufa (sahabat Nabi)”. (Tafsir Ibn Katsir, Jus II, Hal 400).

Tafsiran ini menunjukan bahwa hakikat dari shalawat itu adalah mendo’akan dan memintakan ampun seseorang kepada Allah SWT. Dan hadist Nabi SAW diatas menunjukkan kebolehan membaca sholawat kepada selain para Nabi. Demikian halnya membaca sholawat kepada keluarga dan shabat Nabi. Membaca sholawat kepada keluarga dan sahat Nabi ini adakalannya disandingkan dengan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda:
 
 
 

 “ Dari ummi salamah RA”. “setelah turun ayat (QS.Al-ahzab 33) sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa kamu wahai ahlil bait (anggota keluarga rasulullah). Dan dia hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Maka rasulullah SAW menuntupkan kain kisanya (surbannya) diatas ali, fathimah, hasan, dan husain, seraya berkata “ ya Allah mereka adalah ahli baitku maka hapuskanlah dari mereka dosa dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”.
Ahlu bait adalah istilah yang berarti ” orang rumah” atau keluarga. Dalam tradisi islam istilah ini mengarah kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Syi’ah berpendapat bahwa ahlu bait mencakup 5 orang yaitu ali, Fatimah, hasan, dan husen (disamping Nabi Muhammad SAW) selain itu juga disebut dengan ahlul kisa atau (yang berada dalam satu selimut) dan keturunan mereka.

2.3 Membaca Sholawat Barzanji
Barzanji adalah suatu do’a-do’a, puji- pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang ditawalkan dalam suatu irama atau nada. Isi dari sholawat barzanji itu sendiri tentang kehidupan Nabi, silsilah keturunan, masa kanak”/ segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Nama kitab barzanji atau kitab ‘Iqdul Jauhar Fi Maulid An- Nabiyyin Al- Azhar’ merupakan kitab sejarah, barzanji diambil dari nama pengarangnya yaitu Syekh Ja’far Al-Barzanji Bin Hasan Bin Abdul Karim, ia lahir dimadinah tahun 1690 dan meninggal 1777 H/1763 M. Barzanji berasal dari sebuah nama tempat dikurdistan, barzinj.

Al-barzanji sangatlah menghormati keluarga, keturunan dan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Ini dibuktikan dalam do’a beliau:
 
 

“ Ya allah, dengan kehormatann   Nabi yang mulia ini, keluarga dan sahabatnya yang mengikuti jejak beliau yang lurus, jadikanlah kami termasuk umat beliau yang terbaik………. Dan matikanlah kami (dalam keadaan) berpegang teguh pada Sunnah beliau dan Sunnah sahabt beliau (ahl al-sunnah wal-jamm’ah). (majmu’ah mawalid wa ad’iyah, 159-160).
Do’a tersebut membuktikan bahwa al-barzanji termasuk golongan al-sunnah wal al-jamm’ah. Sebab beliau berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan sahabat beliau.













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seluruh umat islam di anjurkan untuk senantiasa memuji,menghormati dan meneladani segala perilku Nabi Muhammad SAW. Tetapi disamping itu Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan untuk berlebihan dalam menghormatinya. Cara menghormati nabi beserta keluarga dan sahabatnya terdapat berbagai cara beberapa di antaranya :
a. Merayakan  maulid Nabi Muhammad SAW : maulid nabi sendiri merupakan suatu peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW ketika memasuki rabiul awal. Hakikat maulid nabi ini sediri selain memperingati hari kelahiran nabi juga merupakan bentuk rasa hormat, rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW kedunia untuk menunjukan jalan yang di ridhoi Allah SWT
b. Membaca sholawat barzanji : merupakan suatu bentuk do’a,pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dalam bentuk irama atau nada.
c. Membaca shalawat Nabi kepada keluarga dan sahabat Nabi : yang termasuk kedalam ahlu bait Nabi Muhammad SAW adalah Fatimah, Ali , Hasan Dan Husen ( disamping Nabi Muhammad SAW sendiri).

3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan , baik dari kapasitas materinya yang kurang ataupun dari segi bahasanya. Maka  dari itu untuk pembahasan makalah-makalah selanjutnya mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan intropeksi kami dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya.
Adapun sara dari kelompok kami kepada para pembaca agar dapat lebih mengetahui tentang kehidupan Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabanya. Dengan merayakan setiap tahunya Maulid Nabi Muhammad  SAW dengan bersholawat, berkumpul bersama ataupun dengan cara lainya. Selain pada itu kami berharap makaah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca serta lebih memahami kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Daftar Pustaka

Diterjemahkan Oleh : Fariq Qasim Anuz Dari Buleting Berjudul Hal Nahtafil. Terbitan JEDDAH DA’WAH CENTER Jeddah-Saudi Arabia
Tafsir Ibnu Katsir. CD holy qur’an
Kitab Al-Hawi Li Al-Fatawi, Jus 1, Hal 251-252)
Marzuki. “Meneladani  nabi Muhammad saw dalam kehidupan sehari-hari,IAIN sunan kali jaga, yokyakarta.2007
Al- Fannani Zainuddin Bi Abdul Aziz Al- Malibari, Terjemahan Fat-Hul Mu’in,Bandung,Sinar Baru Algensindo,2012