Senin, 24 Februari 2020

Pengertian NU & Perkembangannya

MAKALAH
“PENGERTIAN NU DAN PENGEMBANGANNYA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam III (PAI III)


Dosen pengampu: Erna Ningsih, M.Pdl
Disusun Oleh Kelompok 2:
1. Anggraeni Kartika R.Y (18042057)
2. Ismawati (18042073)
3. Tita Anggraini (18042074)

UNIVERSITAS ISLAM DARUL’ ULUM LAMONGAN
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami selaku penyusun Makalah Tugas Mandiri PENGERTIAN NU DAN PENGEMBANGANNYA  dapat menyelesaikan tugas yang diberikan pada pembahasan materi kali ini. Makalah ini adalah tugas mandiri yang kami tujukan kepada Dosen mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM III.
Saya  berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi kewajiban  tugas mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM III, Saya juga menyadari bahwa Makalah Tugas Mandiri Lembaga Keuangan Islam  ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya dan informasinya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat saya harapkan.


Penyusun

Lamongan, Februari 2020













DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nahdlatul ‘Ulama 2
2.2 Sejarah Nahdlatul ‘Ulama 2
2.3 Tokoh-Tokoh Dan Ajaran Nahdlatul ‘Ulama 3
2.4 Peran Nahdlatul ‘Ulama Dalam Kemerdekaan 4

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8

Daftar Pustaka 9










BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
NU adalah organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan terbesar dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, mempunyai makna penting dan ikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU lahir dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan Ahlussunnah Wal Jama'ah, maka NU menampilkan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya. NU tidak pernah berfikir menyatukan apalagi menghilangkan mazdhab-mazdhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal. NU berakulturasi dan berinteraksi positif dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal. Dengan demikian NU memiliki wawasan multikultural, dalam arti kebijakan sosialnya bukan melindungi tradisi atau budaya setempat, tetapi mengakui manifestasi tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak hidup di Republik Indonesia tercinta ini.
Sebagai warga negara Indonesia, terkhusus sebagai warga Nahdlatul ‘Ulama alangkah baiknya kita mengetahui lebih dalam mengenai apa itu Nahdlatul ‘Ulama. Banyak hal yang bisa kita temukan dan kita kaji dalam perkembangan organisasi ini sehingga kita dapat memetik segala hikmah kebaikan yang bisa dijadikan motivasi dan semangat untuk kehidupan kita. Dalam Makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan sedikit tentang apa itu Nahdlatul ‘Ulama, bagaimana sejarah terbentuknya, siapa tokoh-tokoh, dan pearn dalam kemerdekaan di ajaran Nahdlatul ‘Ulama ini.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nahdlatul ‘Ulama (NU)?
2. Bagaimana sejarah berdirinya Nahdlatul ‘Ulama (NU)?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang berperan di Nahdlatul ‘Ulama (NU)?
4. Bagiamana peran Nahdlatul ‘Ulama (NU) dalam kemerdekaan?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu Nahdlatul ‘Ulama
2. Memahami sejarah Nahdlatul ‘Ulama
3. Mengetahui tokoh-tokoh Nahdlatul ‘Ulama
4. Mengetahui peran Nahdlatul ‘Ulama dalam kemerdekaan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nahdlatul ‘Ulama

Nahdlatul ‘Ulama berasal dari kata “Nahdlah” dan “Ulama”. Nadlah memiliki arti kebangkitan, “Kebangkitan” itu sendiri  pada dasarnya mengandung arti yang lebih aktif jika dibandingkan dengan kata “Perkumpulan” atau “ Perhimpunan”. Sedangkan Ulama artinya alim ulama atau para kiayi.
Seperti kita ketahui para ulama merupakan panutan umat dimana umat akan mengikutinya, oleh karena itu dengan kepemimpinan para ulama diharapkan arah kebangkitan dan kejayaan umat islam serta kaum muslimin akan lebih terlihat jelas dan nyata.
Kesimpulan di atas menunjukkan nahdlatul ‘Ulama (NU) mempunyai arti yaitu sebuah organisasi yang begitu besar  yang terdiri dari banyak orang untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Sejarah Kelahiran Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H di Surabaya.
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia islam kala itu. Pada tahun 1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Kala itu tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk amaliah keagamaan ala kaum Sunni, yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di tanah Arab, dan akan menggantinya dengan model Wahabi. Pengalaman agama dengan sistem bermadzhab,Tawasul,Ziarah kubur,akan segera dilarang.
Dengan dalih demi kejayaan islam Raja Ibnu Saud berencana meneruskan kekhalifahan islam yang terputus di Turki untuk itu dia berencana menggelar Muktamar Khalifah di kota Suci Makkah. Seluruh negara islam di dunia akan diundang termasuk Indonesia. Awalnya, utusan yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto (SI), K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah) dan K.H.Abdul Wahab Hasbullah (Pesantren). Namun ada permainan licik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia dengan alasan Kiai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan.
Peristiwa itu menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi. Sekaligus menyisakan sakit hati yang mendalam,karena tidak ada lagi yang bisa dititip sikap keberatan akan rencana raja Ibnu Saud yang akan mengubah model beragama di Makkah. Para ulama pesantren sangat tidak bisa menerima kebijakan raja yang anti kebebasan bermadzhab, anti maulid Nabi, anti ziarah makam, dan lain sebagainya. Bahkan santer terdengar berita makam Nabi Muhammad Saw pun berencana digusur.
Bagi para Kiai pesantren, pembaruan adalah suatu keharusan. K.H.Hasyim Asy’ari juga tidak mempersoalkan dan bisa menerima gagasan para kaum modernis untuk menghimbau umat islam kembali pada ajaran islam. Namun Kiai Hasyim tidak bisa menerima sistem bermadzhab.
Disamping itu, karena ide pembaruan dilakukaan dengan cara melecehkan, merendahkan dan membodoh- bodohkan, maka para ulama pesantren menolaknya. Bagi mereka pembaruan tetap dibutuhkan,namun tidak meninggalkan khazanah keilmuan yang  sudah ada. Karena latar belakang yang mendesak itulah akhirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama didirikan.
Pendiri resminya adalah Hadratus Syeikh K.H.Hasyim Asy’ari, pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur. Sedangkan yang bertindak sebagai arsitek dan motor penggerak adalah K.H. Abdul Wahab Hasbullah, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang ia sendiri adalah murid utama kiayi Hasyim yang lincah, energik dan banyak akal.

2.3 Tokoh-Tokoh Dan Ajaran Nahdlatul ‘Ulama

A. Tokoh-Tokoh dalam Nahdlatul ‘Ulama.
I. Kiyai Kholil
Kiyai Kholil lahir Selasa 11 Jumadil Akhir 1235 di Bangkalan Madura nama ayahnya Abdul Latif, beliau sangat berharap dan memohon kepada Allah SWT agar anaknya menjadi pemimpin ummat. Syaikhona Kholil Bangkalan, guru KH. Hasyim Asy’ari, yang menugaskan KH. As’ad Syamsul Arifin untuk memberikan tasbih dan tongkat kepada KH. Hasyim Asy’ari di Jombang, sebagai isyarat awal pendirian NU.
Pada tahun 1859 ketika berusia 24 tahun Kiyai Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah dengan biaya tabungannya, sebelum berangkat beliau dinikahkan dengan Nyai ‘Asyik. Di Mekkah beliau belajar pada Syeikh di Masjidil Haram tetapi beliau lebih banyak mengaji pada para Syeikh yang bermazdhab Syafi’i . Sepulang dari Mekkah beliau dikenal sebagai ahli fiqih dan thoriqot bahkan ia memadukan kedua ilmu itu dengan serasi dan beliau juga hafizd kemudian beliau mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan.
Kiyai Kholil wafat tanggal 29 Ramadlan 1343 H dalam usia 91 th. hampir semua pesantren di Indonesia sekarang masih mempunyai sanad dengan pesantren Kiyai Kholil. . Makam Syaikhona Kholil berada di Bangkalan, Madura, Jombang.
II. K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari, seorang ‘ulama yang luar biasa hampir seluruh kiyai di Jawa memberi gelar Hadratus Syeikh (Maha Guru) beliau lahir selasa kliwon 24 Dzulqa’dah 1287 H bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 di Desa Gedang, Jombang. Ayahnya bernama K.Asy’ari Demak Jawa Tengah. Ibunya bernama Halimah putri dari Kiyai Utsman pendiri pesantren Gedang.
Beliau adalah Rais Akbar yang terpilih pada Muktamar NU Ke-1 di Surabaya 1926 sampai Muktamar Ke-17 di Madiun 1947.Dalam rangka mengabdikan diri untuk kepentingan ummat maka K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari mendirikan pesantren Tebuireng, jombang pada tahun 1899 M. Dengan segala kemampuannya, Tebuireng kemudian berkembang menjadi “Pabrik” pencetak kiai.
Pada tanggal 17 Ramadlan 1366 H bertepatan dengan 25 Juli 1947M K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari Memenuhi panggilan Ilahi. . KH. Hasyim Asy’ari dimakamkan di Tebuireng Jombang Jawa Timur.
III. K.H. Abdul Wahab Hasbullah
Wahab Hasbullah adalah Rais ‘Aam yang terpilih pada muktamar NU Ke-18 pada 1950 di Jakarta sampai Muktamar NU Ke-24 di Bandung pada 1967.
Beliau adalah seorang ‘ulama yang sangat alim dan tokoh besar dalam NU dan bangsa Indonesia. Beliau dilahirkan di Desa Tambakberas, Jombang, Jawa Timur pada bulan Maret 1888. Semenjak kanak-kanak beliau dikenal kawan-kawannya sebagai pemimpin dalam segala permainan.
Langkah awal yang ditempuh K.H. Wahab Hasbullah kelak sebagai bapak pendiri NU, itu merupakan usaha membangun semangat nasionalisme lewat jalur pendidikan yang sengaja dipilih nama Nahdlatul Wathan yang berarti Bangkitnya Tanah Air. Beliau makamya di Tambakberas Jombang.

B. Ajaran Dalam Nahdlatul ‘Ulama
Nahdlatul ‘Ulama (NU) merupakan organisasi sosial keagamaan yang berhaluan Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah, sebagai wadah pengemban dan mengamalkan ajaran Islam Ala Ahadi al-Mazhabi al-Arba’ah dalam rangka mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dengan kata lain sebagai salah satu ormas tertua, NU merupakan satu-satunya organisasi masa yang secara keseluruhan bahwa Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah sebagai mazhabnya. Sehingga, ketika NU berpegang pada mazhab, berarti mengambil produk hukum Islam (fiqh) dari empat Imam Mazhab, yaitu mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali. Dalam kenyataannya NU lebih condong pada pendapat Imam Asy-Syafi’i, oleh karenanya NU sering “dicap” sebagai penganut fanatik mazhab Syafi’i. Hal ini dapat dilihat dari cara NU mengambil sebuah rujukan dalam menyelesaikan kasus-kasus atau permasalahan-permasalahan yang muncul. Alasan yang sering dilontarkan adalah umat Islam Indonesia mayoritas bermazhab Syafi’i.
Nahdlatul ‘Ulama (NU) sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah yang bertujuan membangun atau mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada  Allah SWT senantiasa berpegang teguh pada kaidah-kaidah keagamaan (ajaran Islam) dan kaidah-kaidah fiqh lainnya dalam merumuskan pendapat, sikap dan langkah guna memajukan jam’iyah tersebut. Dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan  alam pikiran (pokok ajaran) Nahdlatul Ulama (NU)  secara ringkas dapat  dibagi menjadi tiga bidang ajaran yaitu; bidang aqidah, fiqh, dan tasawuf.

2.4 Peran Nahdlatul ‘Ulama Dalam Kemerdekaan

Peran dan perjuangan NU dalam setiap periodisasi sejarah Indonesia memang sudah tidak dapat diragukan lagi. NU menjadi salah satu garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya berhenti sampai di situ, NU juga terlibat aktif dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dan berlanjut hingga saat ini. Besarnya pengaruh NU ini membuat pembahasan tentang peran dan perjuangan NU sangat menarik untuk diperdalam.
pahlawan nasional dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Kiai karismatik berjuluk Hadratus Syaikh yang berarti Maha Guru, ini dikenal sebagai ahli ilmu agama, khususnya tafsir, hadits dan fiqih.
Dia mengabdi kepada umat dengan mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Hasyim juga berdakwah ke daerah-daerah pada masanya.
Sedangkan gelar pahlawan dia dapat karena pada masa penjajahan belanda, Hasyim Asyari ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui fatwa jihad yang kemudian dikenal sebagai resolusi jihad melawan penjajah Belanda pada 22 Oktober 1945. Akibat fatwa itu, meledaklah perang di Surabaya pada 10 November 1945.
Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam buku yang ditulis Zuhairi Misrawi berjudul "Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari: moderasi, keumatan, dan kebangsaan", pada masa penjajahan Belanda, Hasyim senantiasa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh muslim dari berbagai penjuru dunia untuk melawan penjajahan.
Misalnya dengan Pangeran Abdul Karim al-Khatthabi (Maroko), Sultan Pasha Al-Athrasi (Suriah), Muhammad Amin al-Husaini (Palestina), Dhiyauddin al-Syairazi, Muhammad Ali, dan Syaukat Ali (India), serta Muhammad Ali Jinnah (Pakistan).Hasilnya pada 22 Oktober 1945, Hasyim dan sejumlah ulama di kantor NU Jatim mengeluarkan resolusi jihad itu. Karena itulah Hasyim diancam hendak ditangkap Belanda. Namun Hasyim tak bergeming, dia memilih bertahan mendampingi laskar Hizbullah dan Sabilillah melawan penjajah.
Bahkan ketika Bung Tomo meminta Kiai Hasyim mengungsi dari Jombang, Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan. Hingga muncul sebuah kaidah (rumusan masalah yang menjadi hukum) populer di kalangan kelompok tradisional; hubb al-wathan min al-iman (mencintai tanah air adalah bagian dari iman).
Fatwa atau resolusi jihad Hasyim berisi lima butir. Seperti ditulis Lathiful Khuluq berjudul "Fajar Kebangunan Ulama, Biografi Kiyai Hasyim Asyari" yang diterbitkan LKiS pada 2000 lalu, butir Pertama resolusi jihad berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan.

Butir ke dua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. Ke tiga; musuh republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu inggris pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia.
Ke empat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali. Ke lima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang.
Semangat dakwah antikolonialisme sudah melekat pada diri Hasyim sejak belajar di Makkah, ketika jatuhnya dinasti Ottoman di Turki. Menurut Muhammad Asad Syihab (1994), Hasyim pernah mengumpulkan kawan-kawannya, lalu berdoa di depan Multazam, berjanji menegakkan panji-panji keislaman dan melawan berbagai bentuk penjajahan.
Semangat itu dia bawa tatkala kembali ke Indonesia dan dia tularkan kepada anaknya, Wahid Hasyim. Kelak, Wahid Hasyim dipercaya menjabat sebagai Menteri Agama pertama pada era Presiden Soekarno.Sikap anti penjajahan juga sempat membawa Hasyim masuk bui ketika masa penjajahan Jepang. Waktu itu, kedatangan Jepang disertai kebudayaan 'Saikerei' yaitu menghormati Kaisar Jepang "Tenno Heika" dengan cara membungkukkan badan 90 derajat menghadap ke arah Tokyo setiap pagi sekitar pukul 07.00 WIB.
Budaya itu wajib dilakukan penduduk tanpa kecuali, baik anak sekolah, pegawai pemerintah, kaum pekerja dan buruh, bahkan di pesantren-pesantren. Bisa ditebak, Hasyim Asyari menentang karena dia menganggapnya 'haram' dan dosa besar.Membungkukkan badan semacam itu menyerupai 'ruku' dalam sholat, hanya diperuntukkan menyembah Allah SWT. Menurut Hasyim, selain kepada Allah hukumnya haram, sekalipun terhadap Kaisar Tenno Heika yang katanya keturunan Dewa Amaterasu, Dewa Langit.
Akibat penolakannya itu, pada akhir April 1942, Hasyim Asyari yang sudah berumur 70 tahun dijebloskan ke dalam penjara di Jombang. Kemudian dipindah ke Mojokerto, lalu ke penjara Bubutan, Surabaya. Selama dalam tawanan Jepang, Kiai Hasyim disiksa hingga jari-jari kedua tangannya remuk tak lagi bisa digerakkan.
Hasyim Asyari lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 dengan nama lengkap Mohammad Hasyim Asyari. Mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng dan organisasi NU. Kakek almarhum Gus Dur ini meninggal di Jombang, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun.
Dalam buku lain, 'Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949)' yang ditulis oleh Zainul Milal Bizawie ingin menunjukkan bahwa sejarah seharusnya mengkaji dengan jernih adanya kepentingan politik yang terdapat dalam relasi kuasa (power relation), atau yang dikenal dengan politik pengetahuan (politic of knowledge). Dengan kata lain, perlunya kesadaran akan saling berkelindannya atau berjalan seiring antara penulisan sejarah dengan kekuasaan.


Bagian pertama buku ini mengungkapkan kajian mistifikasi yang dibangun secara simbolik sebagai dasar perjuangan ulama-santri. Bagi santri dan masyarakat, seorang ulama atau Kyai dianggap sebagai pengawal agama dan penunjuk jalan kebaikan. Posisi ulama atau Kyai sangat penting menjadi symbol perlawanan atau perjuangan. Kemampuannya dan kesaktiannya yang luar biasa akan memperteguh daya kohesi dan motivasi bagi santri dan masyarakat untuk memposisikan ulama sebagai panutan.
Dari bagian pertama hingga keenam, nampak bahwa ulama-santrilah yang mampu secara konsisten mengadakan perlawanan terhadap kolonial. Dengan kata lain, ulama dan pesantren menjadi simbol perlawanan kolonial. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa satu-satunya elemen bangsa yang tidak pernah terjajah oleh kolonial adalah ulama-santri dan pesantren, bahkan menjadi garda depan dalam menumpas kolonialisme.

































BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nahdlatul ‘Ulama (NU) mempunyai arti yaitu sebuah organisasi yang begitu besar  yang terdiri dari banyak orang untuk mencapai tujuan tertentu. Nahdlatul Ulama, disingkat NU, artinya kebangkitan ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H di Surabaya.
Yang melatar belakangi berdirinya NU adalah perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia islam kala itu. Pada tahun 1924 Raja Hajaz yang perpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi dan tersebarlah berita penguasa itu akan melarang semua bentuk amaliah. Tidak hanya itu Raja Ibnu Saud akan menggelar Muktamar yang akan dihadiri oleh utusan Indonesia namun rupanya ada kelickan disini yang menharuskan Kiai Wahab dicoret dari calon utusan. Peristiwa ini yang menyadarkan para ulama pengasuh pesantren akan pentingnya sebuah organisasi.
Adapun tokoh-tokoh NU antara lain :
1.Kiayi Kholil
2.K.H.Muhammad Hasyim Asya’ri
3. K.H.Abdul Wahab Hasbullah
Adapun ajaran-ajaran dalam NU antara lain :
1 .Berhaluan Ahlussunnah Waljamah
2. Keyakinan aqidahnya mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari juga Imam Abu Mansur Al-Maturidi, kebenarannya diakui.
Peran dan perjuangan NU dalam setiap periodisasi sejarah Indonesia memang sudah diragukan lagi. NU menjadi salah satu garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, NU juga terlibat aktif mengisi kemerdekaan hingga detik ini.
3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan, baik dan kapasitas materinya yang kurang ataupun dari segi bahasanya. Maka dari itu untuk perbaikan makalah-makalah yang selanjutnya, mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan intropeksi kami dalam penyusunan sebuah makalah.



DAFTAR PUSTAKA

Ahkam al-Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Pengantar DR K.H. MA. Sahal Mahfudh, LTNU Jatim bekerjasama dengan Khalista, 2007
Ajengan Cipasung, Biografi KH.Moh. Ilyas Ruhiat, IIp D.Yahya, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2006



1 komentar:

  1. According to Stanford Medical, It's really the SINGLE reason women in this country get to live 10 years longer and weigh 42 lbs lighter than us.

    (And realistically, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some hard exercise and absolutely EVERYTHING related to "HOW" they eat.)

    BTW, What I said is "HOW", and not "WHAT"...

    TAP this link to discover if this easy quiz can help you find out your real weight loss possibility

    BalasHapus